REAKSI PH TANAH
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Praktikum : Reaksi pH
Tanah
Tempat
Praktikum : Laboratorium
Ilmu Tanah
Tanggal
Praktikum : 27 Oktober
2014
Jurusan :
Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
Kelompok : 8 (delapan)
Bandar
Lampung, 27 Oktober 2014
Mengetahui,
Asisten
Breri
Harisandro
NPM.
1114121042
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Reaksi tanah adalah sifat kimia tanah yang
paling penting untuk diamati karena berpengaruh terhadap serangkaian
proses-proses kimiawi dalam tanah, antara lain proses pembentukkan mineral
lempung, reaksi kimia dan biokimiawi tanah, serta penentuan status hara dalam
tanah. Reaksi tanah menunjukan perimbangan konsentrasi asam-basa dalam tanah
dan keasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH.
Penentuan pH tanah merupakan salah satu
uji penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan
seperangkat faktor utama kimia tertentu untuk menentukan pH terukur pada tanah.
Reaksi pH tanah berdasarkan atas dua unsur
kimia di mana kemasaman tanah merupakan asam-asam organik dan anorganik serta
ion-ion H+ dan Al dapat ditukar. Misal koloid dan sumber alkalinitas atau
garam-garam alkalis. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah,
contohnya pH tanah serendah 5,5 atau kurang, maka penyakit tanaman mungkin
disebabkan oleh defisiensi besi sehingga warna daun pucat karena senyawa besi
mudah larut dalam asam (Foth, 1982).
Oleh karena itu agar mahasiswa dapat
memahami reaksi pH tanah, maka sangat diperlukan untuk melakukan praktikum ini.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini
adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui cara menghitung pH tanah
2.
Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi pH tanah
3.
Mengetahui cara menetapkan pH tanah
menggunakan pH meter
4.
Mengetahui cara menetapkan pH tanah
menggunkan kertas lakmus
II TINJAUAN PUSTAKA
PH tanah sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak
langsung berupa tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun.
Sebaliknya untuk tanah gambut pH tanah dapat kurang dari 3,0. Kisaran pH tanah
mineral biasanya antara 3,5-10 atau lebih. Alkalis dapat menunjukan pH lebih
dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ber-pH ekstrim rendah atau
tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan
suatu tanaman (Sarwono, 2003).
Berdasarkan tingkat kemasaman tanah, tanah
dipisahkan ke dalam beberapa kelas kemasaman dan kebasaan. Dalam tanah asam
konsentrasi H+ melebihi ion OH-. Tanah tersebut dapat
mengandung Al, Fe, dan Mn terlarut dalam jumlah besar. Tanah alkali kebanyakan
terdapat di daerah kering. Akibat reaksi alkali tanah tersebut hanya mengandung
sedikit Al, Fe, dan Mn terlarut. Al memiliki peranan dalam kemasaman tanah
(Tan, 1998).
Larutan tanah merupakan sifat tanah yang
mengandung ion-ion terlarut yang merupakan hara tanaman. Konsentrasi ion-ion
ini sangatlah beragam, tergantung pada ion terlarut serta jumlah bahan pelarut.
Reaksi tanah yang penting ialah masam, netral, dan alkalis. Hal ini didasarkan
pada jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Bila dalam
larutan tanah ditemukan ion H+ lebih banyak dari ion OH-,
maka reaksi tanah tersebut adalah masam. Bila ion H+ sama dengan
atau seimbang dengan ion OH- maka reaksi tersebut adalah netral. Dan
jika ion OH- lebih banyak dari ion H+ maka reaksi
tersebut disebut reaksi alkalis (Pairunan, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi
tanah yaitu sebagai berikut :
1.
Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa merupkan perbandingan
antara kation basa dengan jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada koloid
tanah. Kejenuhan basa juga mencerminkan perbandingan kation basa dengan kation
hidrogen dan alumunium. Berarti semakin kecil kejenuhan basa, semakin masam
pula reaksi tanah tersebut atau pHnya semakin rendah. Kejenuhan basa 100%
mencerminkan pH tanah yang netral, kurang dari itu mengarah ke pH tanah masam,
sedangkan labih dari itu mengarah ke basa.
2.
Sifat Misel (Koloid)
Sifat misel yang berbeda-beda dalam
mendisosiasikan ion H+ terserap menyebabkan pH tanah berbeda pada
koloid yang berbeda-beda. Walaupun kejenuhan basanya sama. Koloid organik mudah
mendisosiasikan ion H+ ke dalam larutan (Hakim, 1986).
Reaksi tanah
menunjukan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai
pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di
dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam
tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain, ditemukan
pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+.
Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi dari OH-, sedangkan
pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih banyak dari pada H+.
Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi
netral yaitu mempunyai pH=7 (Hardjowigeno, 2003).
III METODOLOGI
PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat
yang digunakan dalam praktikum kali ini dalah tabung plastik, kertas lakmus,
timbangan, mesin pengocok, dan pH meter.
Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan adalah tanah kering udara lolos ayakan 2mm, tanah
kering udara lolos ayakan 0,5mm, dan larutan KCl 1 N, serta air destilata.
3.2 Prosedur Kerja
Adapun prosedur
kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
a.
Penetapan pH dengan lakmus
Dimasukkan
5 gram tanah ke dalam tabung plastik
|
Ditambahkan
air destilata 5 ml
|
Dicelupkan kertas lakmus pada cairan
bening di atas lumpur tanah, diusahakan agar lakmus tidak terbenam dalam
lumpur
|
Dikocok selama 10 menit, lalu
didiamkan selam 15 menit
|
Dicatat
nilai pHnya
|
Disesuaikan warna lakmus dengan daftar
warna pada kotak lakmus
|
Hasil
|
b.
Penetapan
pH dengan pH meter
Ditimbang
tanah sebanyak 10 gram
|
Dimasukkan ke dalam botol plastik dan
ditambahkan air destilata sebanyak 10 ml
|
Diukur hasilnya dengan pH meter
|
Hasil
|
Dikocok selama 30 menit dengan mesin
pengocok, dan didiamkan sebentar
|
IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan dari praktikum
kali ini adalah sebagai berikut :
No
|
Tanah
|
Nilai pH
|
1
|
A + 10 ml air
|
5,10
|
2
|
A + 25 ml air
|
5,47
|
3
|
A + 10 ml KCl
|
4,60
|
4
|
A + 25 ml KCl
|
5,17
|
5
|
B + 10 ml air
|
5,87
|
6
|
B + 25 ml air
|
5,74
|
7
|
B + 10 ml KCl
|
5,16
|
8
|
B + 25 ml KCl
|
5,27
|
Keterangan :
A = Tanah Hitam
B = Tanah Merah
4.2
Pembahasan
Pengukuran pH tanah terdiri dari dua macam
metode, yaitu secara kalorimetri yang berdasarkan warna dan menggunakan alat pH
meter. Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan pengamatan reaksi pH tanah
menggunakan metode pH meter. Sebelum melakukan pengujian, praktikan terlebih
dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum. Setelah
itu dilakukan penimbangan sampel tanah A dan B masing-masing 10 gram.
Masing-masing sebanyak 4 kali pengulangan, lalu pada sampel tanah A dan B dari
keempat masing-masing sampel tanah diambil 2 sampel tanah A dan B kemudian
ditambahkan 10 ml aquades, 2 sampel berikutnya ditambahkan 10 ml larutan KCl.
Dan sisa dari sampel tersebut diambil 2 sampel tanah A dan B kemudian
ditambahkan 25 ml aquades, kemudian 2 sampel yang terakhir ditambahkan 25 ml
larutan KCl. Kemudian dikocok selama 30 menit menggunakan mesin pengocok.
Setelah 30 menit ukur pH tanah menggunakan pH meter.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan
pada sampel tanah A dan B yang ditambahkan larutan aquades masing-masing
memiliki nilai pH 5,10 ; 5,47 dan 5,87 ; 5,74. Sedangkan pada sampel tanah A
dan B yang ditambahkan larutan KCl masing-masing memiliki nilai pH 4,60 ; 5,17
dan 5,16 ; 5,27. Penambahan volume larutan KCl dan aquades terhadap sampel
tanah A dan B dapat mempengaruhi nilai pH pada tanah tersebut. Penambahan
aquades pada tanah A dan B dapat dilihat dari penambahan nilai pH pada sampel
tanah tersebut. Pada tanah A yang ditambahkan 10 ml aquades memiliki nilai pH
5,10 sedangkan pada tanah B memiliki nilai pH 5,87. Kemudian pada sampel yang
ditambahkan 25 ml aquades, sampel tanah A mengalami peningkatan pH menjadi 5,47
sedangkan sampel tanah B mengalami penurunan pH menjadi 5,74.
Penambahan larutan KCl pada sampel tanah A
dan B mempengaruhi pada nilai pH tanah, yakni pH tanah mengalami peningkatan.
Pada sampel tanah A dan B yang ditambah 10 ml larutan KCl memiliki nilai pH
4,60 dan 5,16. Namun setelah ditambahkan 25 ml larutan KCl pH tanah pada sampel
A dan B meningkat menjadi 5,17 dan 5,27. Penambahan volume pada larutan
terhadap pH tanah yakni berguna untuk meningkatkan nilai pH dari tanah itu
sendiri, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan praktikum yang telah
dilakukan.
Menurut (Hardjowigeno, 2003), pentingnya
pH tanah terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut :
1.
Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara
diserap tanaman, umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah
sekitar netral, karena pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air.
Pada tanah masam unsur P tidak akan mudah diserap tanaman karena difiksasi oleh
Al, sedang pada pH alkalis unsur P difiksasi oleh Ca.
2.
Menunjukan kemungkinan adanya unsur racun.
Pada reaksi tanah yang masam unsu-unsur mikro menjadi mudah larut, sehingga
unsur mikro yang ditemukan terlalu banyak. Jika dalam jumlah yang besar unsur
mikro dapat menjadi racun bagi tanaman.
3.
Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme.
Bakteri yang bermanfaat bagi tanaman akan berkembang dengan baik pada pH 5,5
atau lebih, pada pH kurang dari 5,5 perkembangannya snagat terhambat. Bakteri
pengikat nitrogen dari udara, nitrifikasinya hanya dapat berkembang dengan baik
pada pH lebih dari 5,5.
Kebanyakan tanaman toleran terhadap pH
tanah yang ekstrim rendah atau tinngi, asalkan dalam tanah tersebut tersedia
hara yang cukup. Beberapa unsur hara tidak tersedia pada pH ekstrim dan
beberapa unsur lainnya berada pada tingkat meracuni tanaman.
KCl merupakan salah satu jenis pupuk
kalium yang termasuk pupuk tunggal. Kalium merupakan satu-satunya kation
monovalen yang esensial bagi tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai
aktivator berbagai enzim. Kandungan utama dari endapan tambang kalsium adalah
KCl dan sedikit K2SO4. Hal ini disebabkan karena umumnya
tercampur dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan
terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60%. Pupuk
kalium (KCl) berfungsi untuk mengurangi efek negatif dari pupuk N, memperkuat
batang tanaman, serta meningkatkan pembentukkan zat hijau daun dan karbohidrat
pada buah serta ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kekurangan hara kalium
menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak), proses pengangkutan hara
pernafasan dan fotosintesis terganggu, yang pada akhirnya mengurangi produksi.
Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar
magnesium daun dapat menurun. Kadang-kadang juga dapat mengganggu aktivitas
fotosintesi.
Pelarutan tanah dengan KCl biasanya akan
menyebabkan pH tanah tersebut lebih rendah daripada pelarutan dengan H2O.
pH pada KCl lebih rendah karena terkandung H2O yang banyak. KCl
mampu mengukur H+ yang ada di luar tanah dan dapat menyerap H+
dri 2 sifat kemasaman yakni kemasaman pasif dan kemasaman potensial. KCl mampu
mengukur aktivitas H+ yang ada di luar larutan tanah karena ion K+
yang berasal dari KCl dapat ditukar dengan ion H+, namun hal
tersebut tidak berlaku pada H2O. Pengujian menggunkan KCl lebih
akurat.
pH yang cocok untuk tanaman adalah 7 atau
netral. Namun di lapangan jarang sekali ditemui tanah yang memiliki pH 7.
Terkadang pH bisa lebih atau bahkan kurang dari 7. Untuk pH yang kurang dari 7
dapat dilakukan penambahan unsur hara seperti Ca, Mg, dan K. Sedangkan pada
tanah yang pHnya lebih dari 7 dapat dikurangi dengan penambahan belerang pada
tanah tersebut.
Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan
nilai pH tanah adalah :
1.
Bahan induk penyusun tanah
2.
Iklim
3.
Bahan organik penyusun tanah dan perilaku
manusia pada tanah tersebut
4.
Vegetasi tanaman yang hidup pada tanah
tersebut
V KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari
praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.
Perhitungan pH tanah dengan pH meter pada
sampel tanah A dan B dengan pemberian 10 ml air, 25ml air, 10 ml KCl, dan 25 ml
KCl didapat nilai pH dari masing-masing tanah, pada tanah A 5,10 ; 5,47 ; 4,60
dan 5,17 sedangkan pada tanah B 5,87 ; 5,74 ; 5,16 dan 5,27
2.
Perhitungan pH menggunakan pH meter lebih
mudah dibandingakan dengan menggunakan kertas lakmus
3.
pH tanah yang cocok untuk tanaman adalah
pH 7 atau netral
4.
Penambahan pH tanah dapat dilakukan dengan
menambahkan Ca, Mg, dan K sedangkan pengurangan pH tanah dengan cara penambahan
belerang
5.
Faktor yang mempengaruhi nilai pH tanah
adalah bahan induk penyusun tanah, iklim, bahan organik penyusun tanah dan
perlakuan manusia pada tanah tersebut serta vegetasi tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Foth,
H.D. 1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Erlangga. Jakarta.
Hakim,
N.M. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Universitas Lampung. Lampung.
Hardjowigeno.
2003. Ilmu Tanah. Akademika
Pressindo. Jakarta.
Pairunan.
1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Badan
Kerjasama Pengurus Perguruan Tinggi Indonesia Timur. Makasar.
Sarwono,
H. 2003. Ilmu Tanah. Akademika
Pressindo. Jakarta.
Tan,
H. Kim. 1998. Dasar-dasar Kimia Tanah.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
LAMPIRAN
ACC
No
|
Tanah
|
Reaksi Tanah
|
Nilai pH
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
A
+ 10 ml air
A
+ 25 ml air
A
+ 10 ml KCl
A
+ 25 ml KCl
B
+ 10 ml air
B
+ 25 ml air
B
+ 10 ml KCl
B
+ 25 ml KCl
|
|
5,10
5,47
4,60
5,17
5,87
5,74
5,16
5,27
|
Keterangan : A= Tanah berwarna hitam
B= Tanah berwarna merah
Pembahasan :
1.
Bahas hasil
2.
Pengaruh KCl terhadap pH tanah
3.
pH tanah terhadap pertumbuhan tanaman
(rendah, sedang, tinggi)
4.
Pengaruh penambahan volume terhadap pH
tanah
KALIUM DAPAT DITUKAR
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Praktikum : Kalium
Dapat Ditukar
Tempat
Praktikum : Laboratorium
Ilmu Tanah
Tanggal
Praktikum : 15 September
2014
Jurusan :
Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
Kelompok : 8 (delapan)
Bandar
Lampung, 15 September 2014
Mengetahui,
Asisten
Wiwik
Agustina
NPM.
1214121228
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kalium
merupakan unsur hara esensial yang digunakan hampir pada semua proses untuk
menunjang hidup tanaman. Petani sering menyebut bahwa kalium adalah unsur hara
mutu, karena berpengaruh pada ukuran, rasa, bentuk, warna, dan daya simpan.
Kalium (K) merupakan unsur hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium memiliki
valensi satu dan diserap dalam bentuk ion K+. Kalium tergolong unsur
yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan, maupun dalam xylem dan
floem. Kalium banyak terdapat dalam sitoplasma.
Tanaman
menyerap kalium dalam bentuk ion K+. Kalium di dalam tanah ada dalam
berbagai bentuk, yang potensi penyerapannya untuk setiap tanaman berbeda-beda.
Ion-ion K+ di dalam air dan tanah serta ion-ion K+ yang
diabsorbsi, dapat langsung diserap. Di samping itu tanah mengandung juga
persediaan mineral tertentu dalam berbagai macam silikat, di mana kalium
membebaskan diri sebagai akibat dari pengaruh iklim. Persediaan mineral dalam
bentuk kalium ini terutama penting bagi tanah liat dari laut yang masih muda.
Mineral
liat tipe 2:1 merupakan tipe kalium yang tidak dapat ditukarkan, dalam bentuk
ini kalium tidak segera tersedia untuk tanaman. Pada tanah, senyawa kalium yang
tidak dapat dipertukarkan berbentuk feldspar dan mika. Kalium tersedia dalam
tanah hanya sekian persen saja dari kalium total. Penetapan kalium dapat ditukar
bertujuan untuk menduga jumlah unsur hara kalium yang dapat disediakan suatu
lahan untuk pertumbuhan tanaman.
1.2
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui cara menentukan kadar kalium
dalam tanah menggunkan alat flame fotometer.
2.
Mengetahui peranan kalium bagi tanaman.
3.
Mengetahui gejala yang ditumbulkan pada
tanaman apabila kelebihan kalium.
4.
Mengetahui gejala yang ditumbulkan pada
tanaman apabila kekurangan kalium.
II TINJAUAN PUSTAKA
Kalium
adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang K dan nomor
atom 19. Kalium berbentuk logam lunak berwarna putih keperakan dan termasuk
golongan alkali tanah. Secara alami, kalium ditemukan sebagai senyawa dengan
unsur lain dalam air laut atau mineral lainnya. Kalium teroksidasi dengan
sangat cepat dengan udara, sangat reaktif terutama dalam air, dan secara
kimiawi memiliki sifat yang mirip dengan natrium. Dalam bahasa inggris kalium
disebut potassium . Sarwono, H. 2003. Ilmu
Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Unsur
K diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan dijumpai di dalam tanah
dalam jumlah yang bervariasi namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi
tanaman biasanya kecil. Kalium yang ditambahkan dalam tanah biasanya dalam
bentuk garam-garam yang mudah larut seperti KCl, KNO3, dan KMgSO4
(Hardjowigeno, 1995).
Berdasarkan
ketersediaannya, kalium dalam tanah dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu K
relatif tidak tersedia, K lambat tersedia, dan K segera tersedia. Kadar kalium
(K) dalam tanah biasanya berkisar antara 0,5-2,5% dengan rata-rata 1,2%
tergantung keadaan mineral cadangan dan tingkat pelapukkan (Leiwakabessy,
2003).
Batas
kritik dari kalium dapat ditukar berkisar antara 156-312 kg K/Ha, tergantung
pada jenis tanaman, tanah, dan lingkungannya. Umumnya tanah dengan nilai K
kurang dari 150 kg K dapat ditukar/Ha, dapat diharapkan responsif terhadap
pemupukan kalium, dan tanah dengan nilai lebih dari 300 kg/Ha tidak responsif
(Brink, 1983).
Kalium
memiliki fungsi yang sangat penting dalam sel tanaman dan diperlukan pula dalam
proses pemindahan produk fotosintesis dalam tanaman. Selain memperkuat dinding
sel, kalium juga mendukung fotosintesis dan pertumbuhan tanaman. Tidak seperti
Natrium dan Pospor yang tidak memiliki pengaruh yang jelas pada pembentukan
anakan, tetapi kalium (K) dapat meningkatkan jumlah bulir padi per malai,
persentase gabah isi dan bobot 1000 gabah (Indranada, 1986).
III METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1
Alat dan Bahan
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah flam fotometer, wadah
plastik, dan pipet.
Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan adalah 1 N amonium asetat (NH4OAC) pH 7,
1,7g lantanum oksida, 200 ml air destilata, 50 ml asam klorida pekat, 0,1906
KCl kering, 1 N amonium pH 7.
4.2
Prosedur Kerja
Adapun
prosedur yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
Ditimbang
10g tanah kering udara lolos ayakan, masukkan ke wadah plastik film
|
Ditambahkan 12,5 ml 1 N amonium
asetat pH 7 ke dalam masing-masing wadah plastik
|
Dikocok selama 10 menit menggunakan
alat pengocok
|
Dilakukan uji unsur hara menggunakan
alat falme fotometer
|
Dilakukan penyaringan untuk
didapatkan larutan absorban dengan menggunakan kertas penyaring
|
Diukur gaya absorban menggunakan
larutan standar konsentrasi 0, 10, 20,30, dan 40 ppm dengan memipet 0, 10,
20, 30, dan 40 ml larutan standar 100 ppm
|
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
dan ditambahkan 1 N amonium asetat pH 4,8 hingga tanda tera
|
Dibuat kurva
|
IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Adapun
hasil pengamatan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
A.
Hasil absorbansi seri larutan standar
Deret Standar K (ppm)
|
|||||||
Standar
|
0
|
10
|
20
|
30
|
40
|
A
|
B
|
Absorbansi
|
0
|
12,1
|
25,3
|
34,9
|
43,4
|
42,9
|
32,1
|
B.
Hasil analisis Kdd dalam me/100 gram
No
|
Tanah
|
Absorbansi
|
Fp
|
K me/100g
|
1
|
A
|
42,9
|
5
|
4,867
|
2
|
B
|
32,1
|
1
|
0,721
|
4.2
Pembahasan
Pada
praktikum kalium dapat ditukar dilakukan prosedur dengan tahapan-tahapan yang
sudah ditentukan. Pertama, dengan menimbang sampel tanah A dan B masing-masing
sebanyak 10g yang dimasukkan ke dalam wadah film plastik. Lalu ditambahkan
dengan larutan 1 N amonium asetat pH 7 masing-masing 12,5 ml. Kemudian dikocok
selama 10 menit menggunakan alat pengocok khusus. Lalu didapatkan absorban dari
hasil kedua macam sampel. Setelah tahap penyaringan maka dilakukan uji unsur
hara menggunakan alat flame fotometer. Setelah dilakukan perhitungan analisis
Kdd tanah, tanah sampel A lebih banyak mengandung kalium dibandingkan dengan
tanah B.
Kriteria
penetapan Kdd dalam tanah dapat berdasarkan ketersediannya bagi tanaman yaitu
bentuk relatif tidak tersedia, lambat tersedia, dan segera tersedia. Kalium
tidak tersedia sekitar 90-98% dari K total dalam tanah, dalam bentuk batuan dan
mineral primer. Kalium lambat tersedia merupakan K dalam tanah yang terserap
oleh koloid tanah. Kalium tersedia adalah 2% dari total kalium yang terdapat di
dalam tanah, berdasarkan pemupukan atau pembakaran. Adapun kriteria penentuan
Kdd yaitu :
1.
Sangat rendah 0,1 me K/100g
2.
Rendah 0,35
me K/100g
3.
Sedang 0,5
me K/100g
4.
Tinggi 0,77
me K/100g (Leiwakabessy, 2003)
Ketersediaan
kalium dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sejenis mineral liat,
jumlah K dapat ditukar, kapasitas filtrasi K, kalium dalam lapisan bawah,
kedalaman perakaran, kelembaban tanah, suhu tanah, reaksi tanah, keadaan
kalsium, keadaan magnesium serta pengaruh unsur lain. Sumber unsur K antara
lain :
1.
Bahan organik
Sebagian besar K mudah terlidi dari serasah tanaman,
pelepasan tersebut tidak berkaitan dengan tingkat perombakan sebagaimana N atau
P, hal ini disebabkan K tidak menjadi komponen dalam struktur senyawa organik.
2.
Rabuk, Kompos, dan Biosolid
Kebanyakan K dalam bentuk terlarut, sehingga segera
tersedia bagi tanaman.
3.
K tertukar
Sebagai K+ dalam kompleks pertukaran,
pertumbuhan merupakan reaksi dalam tanah yang paling penting bagi K.
4.
K tidak tertukar
K+ pada posisi antar kisi dalam mineral
lempung 2:1.
5.
Pelarutan mineral K
Kebanyakan tanah memiliki kadar K total yang tinggi, K
yang dimiliki tersebut lebih banyak dibanding hara yang lain, sedangkan untuk
tanah pasir secara alami kandungan K memang rendah, sumber K adalah mineral
feldspar dan mika, yang akan tersedia dengan lambat ini menjadi sumber K dalam
jangka panjang. K tersedia merupakan sebagian kecil saja dari K total
(Wikipedia, 2014)
Kalium berperan sebagai pengatur
proses fisiologis tanaman seperti fotosintesis, akumulasi, translokasi,
transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata, atau mengatur distribusi
air dalam jaringan dan sel. Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti
terbakar dan gugur. Unsur kalium berhubungan erat dengan kalsium dan magnesium.
Sifat antagonisme ini menyebabkan kekalahan salah satu unsur untuk diserap
tanaman jika komposisinya tidak seimbang. Unsur kalium diserap lebih cepat oleh
tanaman dibandingkan kalsium dan magnesium. Jika unsur kalsium berlebih gejalanya
sama dengan kekurangan magnesium. Sebab sifat antagonisme antara kalium dan
magnesium lebih besar daripada sifat antagonisme antara kalium dan kalsium.
Kekurangan unsur K terlihat dari daun yang paling bawah yang kering atau ada
bercak hangus. Bunga mudah rontok, tepi daun hangus, dan menggulung ke bawah,
serta rentan terhadap serangan penyakit. Sedangkan apabila kelbihan unsur K
akan menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu. Pertumbuhan tanaman terhambat,
sehingga tanaman mengalami defisiensi (Indranada, 1986).
Flame fotometer merupakan metode
analisa yang berdasarkan pada pengukuran besaran emisi sinar monokromatis,
spesifik pada panjang gelombang tertentu yang dipancarkan oleh logam alkali
tanah. Prinsip kerja pada alat ini bekerja menggunakan pancaran cahaya elektron
yang diemisi dari keadaan tereksitasi dan kemudian kembali kekeadaan dasar.
Keadaan tereksitasi ini terjadi apabila elektron dari atom netral keluar dari
orbitalnya menuju orbital yang lebih tinggi. Proses eksitasi terjadi sangat
singkat. Dalam keadaan ini setelah proses eksitasi disebut proses emisi. Pada
keadaan teremisi ini, elektron memancarkan sejumlah sinar monokromatis
tertentu. Dalam keadaan berpijar, akan turut menghasilkan warna seperti kuning
untuk natrium (Na), ungu kebiruan untuk kalium (K), dan warna merah untuk
lithium (Li).
Kekurangan salah satu unsur atau
beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak sebagaimana
mestinya yaitu ada kelaian atau penyimpangan-penyimpangan dan banyak pula
tanaman yang mati muda. Pada tanaman padi gejala kekurangan unsur K dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Daun
Daun tanaman padi yang kekurangan kalium akan berwarna
hijau gelap dengan banyaknya bintik-bintik yang warnanya menyerupai karat.
2.
Batang
Batanag tanaman padi yang kekurangan kalium akan
tumbuh pendek dan lurus. Dan kebanyakan varietas-varietas padi yang kekurangan
kalium akan mudah rebah.
3.
Akar
Pertumbuhan akar biasanya sangat terbatas, ujung akar
tumbuh kurus dan pendek, dan akar cenderung berwarna gelam dan hitam. Akar-akar
cabang dan akar rambut sangat kurus dan selalu memperlihatkan gejala pembusukan
akar.
4.
Bulir dan Malai
Pertumbuhannya akan pendek dan umumnya mempunyai
persentase kehampaan buah yang tinggi. Sedang jumlah bulir yang berisi untuk
setiap helainya akan rendah, bulir-bulir padi akan berukuran kecil dan tidak
teratur bentuknya, mutu dan berat 1000 bulir akan berkurang, persentase
bulir-bulir yang tidag berkembang dan tidak dewasa bertambah (Google, 2014).
V KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.
Unsur hara kalium (K) merupakan unsur hara
ketiga dari tiga unsur hara penting di dalam tanah.
2.
Kalium berperan sebagai pengatur proses
fisiologis tanaman seperti fotosintesis, akumulasi, translokasi, transportasi
karbohidrat, membuka menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam
jaringan sel.
3.
Kekurangan kalium dapat menyebabkan bunga
mudah rontok, tepi daun hangus dan menggulung ke bawah, serta rentan terhadap
serangan penyakit.
4.
Kelebihan kalium dapat menyebabkan proses
penyerapan Ca dan Mg terganggu
5.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan
maka diperoleh kadar K pada tanah A lebih besar dibandingkan tanah B, yaitu
pada tanah A sebesar 4,867 K me/100g sedangkan pada tanah B sebesar 0,721 K
me/100g.
DAFTAR PUSTAKA
Brink,
O.G. 1993. Dasar-dasar Ilmu Instrumen.
Bina Cipta. Bandung.
Google. 2014. http://tha.co.id/berita-3-akibat-kekurangan-salah-satu-unsur-hara.html. Diakses Pada 21 September 2014 Pukul 19.00 WIB.
Hardjowigeno.
S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika
Pressindo. Jakarta.
Indranada.
1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah.
Bumi Aksara. Semarang.
Leiwakabessy,
FM, UM Wahjudin, Suwarno. 2003. Kesuburan
Tanah. Bogor Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Sarwono,
H. 2003. Ilmu Tanah. Akademika
Pressindo. Jakarta.
Wikipedia. 2014. Kalium. http://id.wikipedia.org/wiki/kalium. Diakses Pada 14 September 2014 Pukul 17.00 WIB.
LAMPIRAN
ACC
Deret Standar K (ppm)
|
|||||||
Standar
|
0
|
10
|
20
|
30
|
40
|
A
|
B
|
Absorbansi
|
0
|
12,1
|
25,3
|
34,9
|
43,4
|
42,9
|
32,1
|
No
|
Tanah
|
Absorbansi
|
Fp
|
K me/100g
|
1
|
A
|
42,9
|
5
|
4,867
|
2
|
B
|
32,1
|
1
|
0,721
|
Perhitungan
Fp
=
Jika Fp>40 = diencerkan terlebih
dahulu
Jika Fp<40 = maka nilai Fp=1
K-dd
=
ppm larutan
Fp
Format
: Judul, Hari tanggal, Waktu, Tempat, Hasil (tabel dan Perhitungan)
Dikumpul
: Rabu, 1 Oktober 2014
PERHITUNGAN
Deret Standar K (ppm)
|
|||||||
Standar
|
0
|
10
|
20
|
30
|
40
|
A
|
B
|
Absorbansi
|
0
|
12,1
|
25,3
|
34,9
|
43,4
|
42,9
|
32,1
|
No
|
Tanah
|
Absorbansi
|
Fp
|
K me/100g
|
1
|
A
|
42,9
|
5
|
4,867
|
2
|
B
|
32,1
|
1
|
0,721
|
Regresi Y= a + bx
Y= 1,22 + 1,096X
Xa
= 42,9 = 1,22 + 1,096X
1,096X = 42,9 - 1,22
1,096X = 41,68
X =
X = 38,029
Xb
= 32,1 = 1,22 + 1,096X
1,096X = 32,1 - 1,22
1,096X = 30,88
X =
X = 28,175
Fp
=
Fp
=
= 5
K-ddA
=
ppm larutan
x Fp
K-ddA =
38,029
5
=10
38,029
0,00256
5
=4,867
K me/100g
K-ddB
=
ppm larutan
x Fp
K-ddB =
28,175
1
=10
28,175
0,00256
1
=0,721
K me/100g
No comments:
Post a Comment