Tuesday 27 September 2016

Laporan PH tanah dasar-dasar ilmu tanah























REAKSI PH TANAH










LEMBAR PENGESAHAN




Judul Praktikum                      : Reaksi pH Tanah

Tempat Praktikum                  : Laboratorium Ilmu Tanah

Tanggal Praktikum                 : 27 Oktober 2014

Jurusan                                    : Agroteknologi

Fakultas                                   : Pertanian

Kelompok                               : 8 (delapan)










                                                                        Bandar Lampung, 27 Oktober 2014
                                                                                    Mengetahui,
                                                                                    Asisten





                                                                                    Breri Harisandro
                                                                                    NPM. 1114121042









I           PENDAHULUAN




1.1         Latar Belakang



Reaksi tanah adalah sifat kimia tanah yang paling penting untuk diamati karena berpengaruh terhadap serangkaian proses-proses kimiawi dalam tanah, antara lain proses pembentukkan mineral lempung, reaksi kimia dan biokimiawi tanah, serta penentuan status hara dalam tanah. Reaksi tanah menunjukan perimbangan konsentrasi asam-basa dalam tanah dan keasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH.



Penentuan pH tanah merupakan salah satu uji penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan seperangkat faktor utama kimia tertentu untuk menentukan pH terukur pada tanah.



Reaksi pH tanah berdasarkan atas dua unsur kimia di mana kemasaman tanah merupakan asam-asam organik dan anorganik serta ion-ion H+ dan Al dapat ditukar. Misal koloid dan sumber alkalinitas atau garam-garam alkalis. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, contohnya pH tanah serendah 5,5 atau kurang, maka penyakit tanaman mungkin disebabkan oleh defisiensi besi sehingga warna daun pucat karena senyawa besi mudah larut dalam asam (Foth, 1982).




Oleh karena itu agar mahasiswa dapat memahami reaksi pH tanah, maka sangat diperlukan untuk melakukan praktikum ini.



1.2         Tujuan



Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.             Mengetahui cara menghitung pH tanah
2.             Mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah
3.             Mengetahui cara menetapkan pH tanah menggunakan pH meter
4.             Mengetahui cara menetapkan pH tanah menggunkan kertas lakmus









II         TINJAUAN PUSTAKA




PH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung berupa tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Sebaliknya untuk tanah gambut pH tanah dapat kurang dari 3,0. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5-10 atau lebih. Alkalis dapat menunjukan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ber-pH ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2003).



Berdasarkan tingkat kemasaman tanah, tanah dipisahkan ke dalam beberapa kelas kemasaman dan kebasaan. Dalam tanah asam konsentrasi H+ melebihi ion OH-. Tanah tersebut dapat mengandung Al, Fe, dan Mn terlarut dalam jumlah besar. Tanah alkali kebanyakan terdapat di daerah kering. Akibat reaksi alkali tanah tersebut hanya mengandung sedikit Al, Fe, dan Mn terlarut. Al memiliki peranan dalam kemasaman tanah (Tan, 1998).



Larutan tanah merupakan sifat tanah yang mengandung ion-ion terlarut yang merupakan hara tanaman. Konsentrasi ion-ion ini sangatlah beragam, tergantung pada ion terlarut serta jumlah bahan pelarut. Reaksi tanah yang penting ialah masam, netral, dan alkalis. Hal ini didasarkan pada jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan tanah. Bila dalam larutan tanah ditemukan ion H+ lebih banyak dari ion OH-, maka reaksi tanah tersebut adalah masam. Bila ion H+ sama dengan atau seimbang dengan ion OH- maka reaksi tersebut adalah netral. Dan jika ion OH- lebih banyak dari ion H+ maka reaksi tersebut disebut reaksi alkalis (Pairunan, 1985).



Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi tanah yaitu sebagai berikut :
1.             Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa merupkan perbandingan antara kation basa dengan jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada koloid tanah. Kejenuhan basa juga mencerminkan perbandingan kation basa dengan kation hidrogen dan alumunium. Berarti semakin kecil kejenuhan basa, semakin masam pula reaksi tanah tersebut atau pHnya semakin rendah. Kejenuhan basa 100% mencerminkan pH tanah yang netral, kurang dari itu mengarah ke pH tanah masam, sedangkan labih dari itu mengarah ke basa.
2.             Sifat Misel (Koloid)
Sifat misel yang berbeda-beda dalam mendisosiasikan ion H+ terserap menyebabkan pH tanah berbeda pada koloid yang berbeda-beda. Walaupun kejenuhan basanya sama. Koloid organik mudah mendisosiasikan ion H+ ke dalam larutan (Hakim, 1986).



Reaksi tanah menunjukan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain, ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+  lebih tinggi dari OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan ion OH- lebih banyak dari pada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7 (Hardjowigeno, 2003).










III        METODOLOGI PRAKTIKUM




3.1     Alat dan Bahan



Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini dalah tabung plastik, kertas lakmus, timbangan, mesin pengocok, dan pH meter.



Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah tanah kering udara lolos ayakan 2mm, tanah kering udara lolos ayakan 0,5mm, dan larutan KCl 1 N, serta air destilata.



3.2     Prosedur Kerja



Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
a.              Penetapan pH dengan lakmus


Dimasukkan 5 gram tanah ke dalam tabung plastik
Ditambahkan air destilata 5 ml
Dicelupkan kertas lakmus pada cairan bening di atas lumpur tanah, diusahakan agar lakmus tidak terbenam dalam lumpur
Dikocok selama 10 menit, lalu didiamkan selam 15 menit
Dicatat nilai pHnya
Disesuaikan warna lakmus dengan daftar warna pada kotak lakmus
Hasil
 






















b.             Penetapan pH dengan pH meter



Ditimbang tanah sebanyak 10 gram
Dimasukkan ke dalam botol plastik dan ditambahkan air destilata sebanyak 10 ml
Diukur hasilnya dengan pH meter
Hasil
Dikocok selama 30 menit dengan mesin pengocok, dan didiamkan sebentar
 





























IV        HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN




4.1         Hasil Pengamatan



Adapun hasil pengamatan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
No
Tanah
Nilai pH
1
A + 10 ml air
5,10
2
A + 25 ml air
5,47
3
A + 10 ml KCl
4,60
4
A + 25 ml KCl
5,17
5
B + 10 ml air
5,87
6
B + 25 ml air
5,74
7
B + 10 ml KCl
5,16
8
B + 25 ml KCl
5,27

Keterangan      : A = Tanah Hitam
                          B = Tanah Merah



4.2         Pembahasan



Pengukuran pH tanah terdiri dari dua macam metode, yaitu secara kalorimetri yang berdasarkan warna dan menggunakan alat pH meter. Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan pengamatan reaksi pH tanah menggunakan metode pH meter. Sebelum melakukan pengujian, praktikan terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum. Setelah itu dilakukan penimbangan sampel tanah A dan B masing-masing 10 gram. Masing-masing sebanyak 4 kali pengulangan, lalu pada sampel tanah A dan B dari keempat masing-masing sampel tanah diambil 2 sampel tanah A dan B kemudian ditambahkan 10 ml aquades, 2 sampel berikutnya ditambahkan 10 ml larutan KCl. Dan sisa dari sampel tersebut diambil 2 sampel tanah A dan B kemudian ditambahkan 25 ml aquades, kemudian 2 sampel yang terakhir ditambahkan 25 ml larutan KCl. Kemudian dikocok selama 30 menit menggunakan mesin pengocok. Setelah 30 menit ukur pH tanah menggunakan pH meter.



Dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada sampel tanah A dan B yang ditambahkan larutan aquades masing-masing memiliki nilai pH 5,10 ; 5,47 dan 5,87 ; 5,74. Sedangkan pada sampel tanah A dan B yang ditambahkan larutan KCl masing-masing memiliki nilai pH 4,60 ; 5,17 dan 5,16 ; 5,27. Penambahan volume larutan KCl dan aquades terhadap sampel tanah A dan B dapat mempengaruhi nilai pH pada tanah tersebut. Penambahan aquades pada tanah A dan B dapat dilihat dari penambahan nilai pH pada sampel tanah tersebut. Pada tanah A yang ditambahkan 10 ml aquades memiliki nilai pH 5,10 sedangkan pada tanah B memiliki nilai pH 5,87. Kemudian pada sampel yang ditambahkan 25 ml aquades, sampel tanah A mengalami peningkatan pH menjadi 5,47 sedangkan sampel tanah B mengalami penurunan pH menjadi 5,74.



Penambahan larutan KCl pada sampel tanah A dan B mempengaruhi pada nilai pH tanah, yakni pH tanah mengalami peningkatan. Pada sampel tanah A dan B yang ditambah 10 ml larutan KCl memiliki nilai pH 4,60 dan 5,16. Namun setelah ditambahkan 25 ml larutan KCl pH tanah pada sampel A dan B meningkat menjadi 5,17 dan 5,27. Penambahan volume pada larutan terhadap pH tanah yakni berguna untuk meningkatkan nilai pH dari tanah itu sendiri, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan praktikum yang telah dilakukan.



Menurut (Hardjowigeno, 2003), pentingnya pH tanah terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut :
1.             Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam unsur P tidak akan mudah diserap tanaman karena difiksasi oleh Al, sedang pada pH alkalis unsur P difiksasi oleh Ca.
2.             Menunjukan kemungkinan adanya unsur racun. Pada reaksi tanah yang masam unsu-unsur mikro menjadi mudah larut, sehingga unsur mikro yang ditemukan terlalu banyak. Jika dalam jumlah yang besar unsur mikro dapat menjadi racun bagi tanaman.
3.             Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Bakteri yang bermanfaat bagi tanaman akan berkembang dengan baik pada pH 5,5 atau lebih, pada pH kurang dari 5,5 perkembangannya snagat terhambat. Bakteri pengikat nitrogen dari udara, nitrifikasinya hanya dapat berkembang dengan baik pada pH lebih dari 5,5.



Kebanyakan tanaman toleran terhadap pH tanah yang ekstrim rendah atau tinngi, asalkan dalam tanah tersebut tersedia hara yang cukup. Beberapa unsur hara tidak tersedia pada pH ekstrim dan beberapa unsur lainnya berada pada tingkat meracuni tanaman.



KCl merupakan salah satu jenis pupuk kalium yang termasuk pupuk tunggal. Kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai aktivator berbagai enzim. Kandungan utama dari endapan tambang kalsium adalah KCl dan sedikit K2SO4. Hal ini disebabkan karena umumnya tercampur dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60%. Pupuk kalium (KCl) berfungsi untuk mengurangi efek negatif dari pupuk N, memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan pembentukkan zat hijau daun dan karbohidrat pada buah serta ketahanan tanaman terhadap penyakit. Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak), proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis terganggu, yang pada akhirnya mengurangi produksi. Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun cepat menua sebagai akibat kadar magnesium daun dapat menurun. Kadang-kadang juga dapat mengganggu aktivitas fotosintesi.



Pelarutan tanah dengan KCl biasanya akan menyebabkan pH tanah tersebut lebih rendah daripada pelarutan dengan H2O. pH pada KCl lebih rendah karena terkandung H2O yang banyak. KCl mampu mengukur H+ yang ada di luar tanah dan dapat menyerap H+ dri 2 sifat kemasaman yakni kemasaman pasif dan kemasaman potensial. KCl mampu mengukur aktivitas H+ yang ada di luar larutan tanah karena ion K+ yang berasal dari KCl dapat ditukar dengan ion H+, namun hal tersebut tidak berlaku pada H2O. Pengujian menggunkan KCl lebih akurat.



pH yang cocok untuk tanaman adalah 7 atau netral. Namun di lapangan jarang sekali ditemui tanah yang memiliki pH 7. Terkadang pH bisa lebih atau bahkan kurang dari 7. Untuk pH yang kurang dari 7 dapat dilakukan penambahan unsur hara seperti Ca, Mg, dan K. Sedangkan pada tanah yang pHnya lebih dari 7 dapat dikurangi dengan penambahan belerang pada tanah tersebut.



Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan nilai pH tanah adalah :
1.             Bahan induk penyusun tanah
2.             Iklim
3.             Bahan organik penyusun tanah dan perilaku manusia pada tanah tersebut
4.             Vegetasi tanaman yang hidup pada tanah tersebut










V         KESIMPULAN




Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.             Perhitungan pH tanah dengan pH meter pada sampel tanah A dan B dengan pemberian 10 ml air, 25ml air, 10 ml KCl, dan 25 ml KCl didapat nilai pH dari masing-masing tanah, pada tanah A 5,10 ; 5,47 ; 4,60 dan 5,17 sedangkan pada tanah B 5,87 ; 5,74 ; 5,16 dan 5,27
2.             Perhitungan pH menggunakan pH meter lebih mudah dibandingakan dengan menggunakan kertas lakmus
3.             pH tanah yang cocok untuk tanaman adalah pH 7 atau netral
4.             Penambahan pH tanah dapat dilakukan dengan menambahkan Ca, Mg, dan K sedangkan pengurangan pH tanah dengan cara penambahan belerang
5.             Faktor yang mempengaruhi nilai pH tanah adalah bahan induk penyusun tanah, iklim, bahan organik penyusun tanah dan perlakuan manusia pada tanah tersebut serta vegetasi tanaman.









DAFTAR PUSTAKA




Foth, H.D. 1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Erlangga. Jakarta.

Hakim, N.M. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hardjowigeno. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Pairunan. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Pengurus Perguruan Tinggi Indonesia Timur. Makasar.

Sarwono, H. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Tan, H. Kim. 1998. Dasar-dasar Kimia Tanah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.


























LAMPIRAN











ACC




No
Tanah
Reaksi Tanah
Nilai pH
1
2
3
4
5
6
7
8
A + 10 ml air
A + 25 ml air
A + 10 ml KCl
A + 25 ml KCl
B + 10 ml air
B + 25 ml air
B + 10 ml KCl
B + 25 ml KCl

5,10
5,47
4,60
5,17
5,87
5,74
5,16
5,27



Keterangan      : A= Tanah berwarna hitam
                          B= Tanah berwarna merah



Pembahasan    :
1.             Bahas hasil
2.             Pengaruh KCl terhadap pH tanah
3.             pH tanah terhadap pertumbuhan tanaman (rendah, sedang, tinggi)
4.             Pengaruh penambahan volume terhadap pH tanah


























KALIUM DAPAT DITUKAR










LEMBAR PENGESAHAN




Judul Praktikum                      : Kalium Dapat Ditukar

Tempat Praktikum                  : Laboratorium Ilmu Tanah

Tanggal Praktikum                 : 15 September 2014

Jurusan                                    : Agroteknologi

Fakultas                                   : Pertanian

Kelompok                               : 8 (delapan)










                                                            Bandar Lampung, 15 September 2014
                                                                        Mengetahui,
                                                                        Asisten





                                                                        Wiwik Agustina
                                                                        NPM. 1214121228









I           PENDAHULUAN




1.1         Latar Belakang



Kalium merupakan unsur hara esensial yang digunakan hampir pada semua proses untuk menunjang hidup tanaman. Petani sering menyebut bahwa kalium adalah unsur hara mutu, karena berpengaruh pada ukuran, rasa, bentuk, warna, dan daya simpan. Kalium (K) merupakan unsur hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium memiliki valensi satu dan diserap dalam bentuk ion K+. Kalium tergolong unsur yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan, maupun dalam xylem dan floem. Kalium banyak terdapat dalam sitoplasma.



Tanaman menyerap kalium dalam bentuk ion K+. Kalium di dalam tanah ada dalam berbagai bentuk, yang potensi penyerapannya untuk setiap tanaman berbeda-beda. Ion-ion K+ di dalam air dan tanah serta ion-ion K+ yang diabsorbsi, dapat langsung diserap. Di samping itu tanah mengandung juga persediaan mineral tertentu dalam berbagai macam silikat, di mana kalium membebaskan diri sebagai akibat dari pengaruh iklim. Persediaan mineral dalam bentuk kalium ini terutama penting bagi tanah liat dari laut yang masih muda.



Mineral liat tipe 2:1 merupakan tipe kalium yang tidak dapat ditukarkan, dalam bentuk ini kalium tidak segera tersedia untuk tanaman. Pada tanah, senyawa kalium yang tidak dapat dipertukarkan berbentuk feldspar dan mika. Kalium tersedia dalam tanah hanya sekian persen saja dari kalium total. Penetapan kalium dapat ditukar bertujuan untuk menduga jumlah unsur hara kalium yang dapat disediakan suatu lahan untuk pertumbuhan tanaman.



1.2              Tujuan



Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.             Mengetahui cara menentukan kadar kalium dalam tanah menggunkan alat flame fotometer.
2.             Mengetahui peranan kalium bagi tanaman.
3.             Mengetahui gejala yang ditumbulkan pada tanaman apabila kelebihan kalium.
4.             Mengetahui gejala yang ditumbulkan pada tanaman apabila kekurangan kalium.










II         TINJAUAN PUSTAKA




Kalium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang K dan nomor atom 19. Kalium berbentuk logam lunak berwarna putih keperakan dan termasuk golongan alkali tanah. Secara alami, kalium ditemukan sebagai senyawa dengan unsur lain dalam air laut atau mineral lainnya. Kalium teroksidasi dengan sangat cepat dengan udara, sangat reaktif terutama dalam air, dan secara kimiawi memiliki sifat yang mirip dengan natrium. Dalam bahasa inggris kalium disebut potassium . Sarwono, H. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.




Unsur K diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan dijumpai di dalam tanah dalam jumlah yang bervariasi namun jumlahnya dalam keadaan tersedia bagi tanaman biasanya kecil. Kalium yang ditambahkan dalam tanah biasanya dalam bentuk garam-garam yang mudah larut seperti KCl, KNO3, dan KMgSO4 (Hardjowigeno, 1995).



Berdasarkan ketersediaannya, kalium dalam tanah dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu K relatif tidak tersedia, K lambat tersedia, dan K segera tersedia. Kadar kalium (K) dalam tanah biasanya berkisar antara 0,5-2,5% dengan rata-rata 1,2% tergantung keadaan mineral cadangan dan tingkat pelapukkan (Leiwakabessy, 2003).



Batas kritik dari kalium dapat ditukar berkisar antara 156-312 kg K/Ha, tergantung pada jenis tanaman, tanah, dan lingkungannya. Umumnya tanah dengan nilai K kurang dari 150 kg K dapat ditukar/Ha, dapat diharapkan responsif terhadap pemupukan kalium, dan tanah dengan nilai lebih dari 300 kg/Ha tidak responsif (Brink, 1983).



Kalium memiliki fungsi yang sangat penting dalam sel tanaman dan diperlukan pula dalam proses pemindahan produk fotosintesis dalam tanaman. Selain memperkuat dinding sel, kalium juga mendukung fotosintesis dan pertumbuhan tanaman. Tidak seperti Natrium dan Pospor yang tidak memiliki pengaruh yang jelas pada pembentukan anakan, tetapi kalium (K) dapat meningkatkan jumlah bulir padi per malai, persentase gabah isi dan bobot 1000 gabah (Indranada, 1986).










III        METODOLOGI PRAKTIKUM




4.1         Alat dan Bahan



Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah flam fotometer, wadah plastik, dan pipet.



Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah 1 N amonium asetat (NH4OAC) pH 7, 1,7g lantanum oksida, 200 ml air destilata, 50 ml asam klorida pekat, 0,1906 KCl kering, 1 N amonium pH 7.



4.2         Prosedur Kerja



Adapun prosedur yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:



Ditimbang 10g tanah kering udara lolos ayakan, masukkan ke wadah plastik film
Ditambahkan 12,5 ml 1 N amonium asetat pH 7 ke dalam masing-masing wadah plastik
Dikocok selama 10 menit menggunakan alat pengocok
Dilakukan uji unsur hara menggunakan alat falme fotometer
Dilakukan penyaringan untuk didapatkan larutan absorban dengan menggunakan kertas penyaring
Diukur gaya absorban menggunakan larutan standar konsentrasi 0, 10, 20,30, dan 40 ppm dengan memipet 0, 10, 20, 30, dan 40 ml larutan standar 100 ppm
Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan 1 N amonium asetat pH 4,8 hingga tanda tera
Dibuat kurva
 















































IV        HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN




4.1         Hasil Pengamatan



Adapun hasil pengamatan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :



A.           Hasil absorbansi seri larutan standar
Deret Standar K (ppm)
Standar
0
10
20
30
40
A
B
Absorbansi
0
12,1
25,3
34,9
43,4
42,9
32,1



B.            Hasil analisis Kdd dalam me/100 gram
No
Tanah
Absorbansi
Fp
K me/100g
1
A
42,9
5
4,867
2
B
32,1
1
0,721



4.2         Pembahasan



Pada praktikum kalium dapat ditukar dilakukan prosedur dengan tahapan-tahapan yang sudah ditentukan. Pertama, dengan menimbang sampel tanah A dan B masing-masing sebanyak 10g yang dimasukkan ke dalam wadah film plastik. Lalu ditambahkan dengan larutan 1 N amonium asetat pH 7 masing-masing 12,5 ml. Kemudian dikocok selama 10 menit menggunakan alat pengocok khusus. Lalu didapatkan absorban dari hasil kedua macam sampel. Setelah tahap penyaringan maka dilakukan uji unsur hara menggunakan alat flame fotometer. Setelah dilakukan perhitungan analisis Kdd tanah, tanah sampel A lebih banyak mengandung kalium dibandingkan dengan tanah B.



Kriteria penetapan Kdd dalam tanah dapat berdasarkan ketersediannya bagi tanaman yaitu bentuk relatif tidak tersedia, lambat tersedia, dan segera tersedia. Kalium tidak tersedia sekitar 90-98% dari K total dalam tanah, dalam bentuk batuan dan mineral primer. Kalium lambat tersedia merupakan K dalam tanah yang terserap oleh koloid tanah. Kalium tersedia adalah 2% dari total kalium yang terdapat di dalam tanah, berdasarkan pemupukan atau pembakaran. Adapun kriteria penentuan Kdd yaitu :
1.             Sangat rendah    0,1 me K/100g
2.             Rendah              0,35 me K/100g
3.             Sedang               0,5 me K/100g
4.             Tinggi                0,77 me K/100g (Leiwakabessy, 2003)



Ketersediaan kalium dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sejenis mineral liat, jumlah K dapat ditukar, kapasitas filtrasi K, kalium dalam lapisan bawah, kedalaman perakaran, kelembaban tanah, suhu tanah, reaksi tanah, keadaan kalsium, keadaan magnesium serta pengaruh unsur lain. Sumber unsur K antara lain :
1.             Bahan organik
Sebagian besar K mudah terlidi dari serasah tanaman, pelepasan tersebut tidak berkaitan dengan tingkat perombakan sebagaimana N atau P, hal ini disebabkan K tidak menjadi komponen dalam struktur senyawa organik.
2.             Rabuk, Kompos, dan Biosolid
Kebanyakan K dalam bentuk terlarut, sehingga segera tersedia bagi tanaman.



3.             K tertukar
Sebagai K+ dalam kompleks pertukaran, pertumbuhan merupakan reaksi dalam tanah yang paling penting bagi K.
4.             K tidak tertukar
K+ pada posisi antar kisi dalam mineral lempung 2:1.
5.             Pelarutan mineral K
Kebanyakan tanah memiliki kadar K total yang tinggi, K yang dimiliki tersebut lebih banyak dibanding hara yang lain, sedangkan untuk tanah pasir secara alami kandungan K memang rendah, sumber K adalah mineral feldspar dan mika, yang akan tersedia dengan lambat ini menjadi sumber K dalam jangka panjang. K tersedia merupakan sebagian kecil saja dari K total (Wikipedia, 2014)



Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologis tanaman seperti fotosintesis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel. Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakar dan gugur. Unsur kalium berhubungan erat dengan kalsium dan magnesium. Sifat antagonisme ini menyebabkan kekalahan salah satu unsur untuk diserap tanaman jika komposisinya tidak seimbang. Unsur kalium diserap lebih cepat oleh tanaman dibandingkan kalsium dan magnesium. Jika unsur kalsium berlebih gejalanya sama dengan kekurangan magnesium. Sebab sifat antagonisme antara kalium dan magnesium lebih besar daripada sifat antagonisme antara kalium dan kalsium. Kekurangan unsur K terlihat dari daun yang paling bawah yang kering atau ada bercak hangus. Bunga mudah rontok, tepi daun hangus, dan menggulung ke bawah, serta rentan terhadap serangan penyakit. Sedangkan apabila kelbihan unsur K akan menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu. Pertumbuhan tanaman terhambat, sehingga tanaman mengalami defisiensi (Indranada, 1986).



Flame fotometer merupakan metode analisa yang berdasarkan pada pengukuran besaran emisi sinar monokromatis, spesifik pada panjang gelombang tertentu yang dipancarkan oleh logam alkali tanah. Prinsip kerja pada alat ini bekerja menggunakan pancaran cahaya elektron yang diemisi dari keadaan tereksitasi dan kemudian kembali kekeadaan dasar. Keadaan tereksitasi ini terjadi apabila elektron dari atom netral keluar dari orbitalnya menuju orbital yang lebih tinggi. Proses eksitasi terjadi sangat singkat. Dalam keadaan ini setelah proses eksitasi disebut proses emisi. Pada keadaan teremisi ini, elektron memancarkan sejumlah sinar monokromatis tertentu. Dalam keadaan berpijar, akan turut menghasilkan warna seperti kuning untuk natrium (Na), ungu kebiruan untuk kalium (K), dan warna merah untuk lithium (Li).



Kekurangan salah satu unsur atau beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak sebagaimana mestinya yaitu ada kelaian atau penyimpangan-penyimpangan dan banyak pula tanaman yang mati muda. Pada tanaman padi gejala kekurangan unsur K dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.             Daun
Daun tanaman padi yang kekurangan kalium akan berwarna hijau gelap dengan banyaknya bintik-bintik yang warnanya menyerupai karat.
2.             Batang
Batanag tanaman padi yang kekurangan kalium akan tumbuh pendek dan lurus. Dan kebanyakan varietas-varietas padi yang kekurangan kalium akan mudah rebah.
3.             Akar
Pertumbuhan akar biasanya sangat terbatas, ujung akar tumbuh kurus dan pendek, dan akar cenderung berwarna gelam dan hitam. Akar-akar cabang dan akar rambut sangat kurus dan selalu memperlihatkan gejala pembusukan akar.
4.             Bulir dan Malai
Pertumbuhannya akan pendek dan umumnya mempunyai persentase kehampaan buah yang tinggi. Sedang jumlah bulir yang berisi untuk setiap helainya akan rendah, bulir-bulir padi akan berukuran kecil dan tidak teratur bentuknya, mutu dan berat 1000 bulir akan berkurang, persentase bulir-bulir yang tidag berkembang dan tidak dewasa bertambah (Google, 2014).










V         KESIMPULAN




Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.             Unsur hara kalium (K) merupakan unsur hara ketiga dari tiga unsur hara penting di dalam tanah.
2.             Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologis tanaman seperti fotosintesis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan sel.
3.             Kekurangan kalium dapat menyebabkan bunga mudah rontok, tepi daun hangus dan menggulung ke bawah, serta rentan terhadap serangan penyakit.
4.             Kelebihan kalium dapat menyebabkan proses penyerapan Ca dan Mg terganggu
5.             Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh kadar K pada tanah A lebih besar dibandingkan tanah B, yaitu pada tanah A sebesar 4,867 K me/100g sedangkan pada tanah B sebesar 0,721 K me/100g.











DAFTAR PUSTAKA




Brink, O.G. 1993. Dasar-dasar Ilmu Instrumen. Bina Cipta. Bandung.

Google. 2014. http://tha.co.id/berita-3-akibat-kekurangan-salah-satu-unsur-hara.html. Diakses Pada 21 September 2014 Pukul 19.00 WIB.

Hardjowigeno. S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Indranada. 1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara. Semarang.

Leiwakabessy, FM, UM Wahjudin, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Bogor Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Sarwono, H. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Wikipedia. 2014. Kalium. http://id.wikipedia.org/wiki/kalium. Diakses Pada 14 September 2014 Pukul 17.00 WIB.



























LAMPIRAN











ACC




Deret Standar K (ppm)
Standar
0
10
20
30
40
A
B
Absorbansi
0
12,1
25,3
34,9
43,4
42,9
32,1



No
Tanah
Absorbansi
Fp
K me/100g
1
A
42,9
5
4,867
2
B
32,1
1
0,721



Perhitungan



Fp =

Jika Fp>40 = diencerkan terlebih dahulu
Jika Fp<40 = maka nilai Fp=1



K-dd =    ppm larutan      Fp



Format : Judul, Hari tanggal, Waktu, Tempat, Hasil (tabel dan Perhitungan)

Dikumpul : Rabu, 1 Oktober 2014










PERHITUNGAN




Deret Standar K (ppm)
Standar
0
10
20
30
40
A
B
Absorbansi
0
12,1
25,3
34,9
43,4
42,9
32,1



No
Tanah
Absorbansi
Fp
K me/100g
1
A
42,9
5
4,867
2
B
32,1
1
0,721



Regresi            Y= a + bx
                        Y= 1,22 + 1,096X



Xa = 42,9 = 1,22 + 1,096X
       1,096X  = 42,9 - 1,22
       1,096X  = 41,68
       X           =
       X           = 38,029



Xb = 32,1 = 1,22 + 1,096X
       1,096X  = 32,1 - 1,22
       1,096X  = 30,88
       X           =
       X           = 28,175



Fp =
Fp =  = 5



K-ddA =    ppm larutan    x Fp

K-ddA =    38,029      5
            =10  38,029  0,00256  5
            =4,867 K me/100g



K-ddB =    ppm larutan    x Fp

K-ddB =    28,175      1
            =10  28,175  0,00256  1
            =0,721 K me/100g


No comments:

Post a Comment