Tuesday 27 September 2016

Laporan PENGENALAN ORDO SERANGGA SEBAGAI HAMA DAN MUSUH ALAMI



PENGENALAN ORDO SERANGGA SEBAGAI HAMA DAN MUSUH ALAMI
(Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tanaman)








Oleh

Nasrulloh Zein Maksum
1414121162







 















JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

I. PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Dalam suatu budidaya tanaman istilah hama tidak akan asing  petani, dikarenakan suatu tanaman tidak akan pernah bias lepas dari suatu hama.  Serangan hama akan lebih besar pada  tanaman yang menggunakan pola budidaya tersebut sistem monokultur.  Hama tanaman bersifat dinamis dan perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan biotik (fase pertumbuhan tanaman, populasi organisme lain, dan sebagainya) dan abiotik (iklim, musim, agroekosistem, dan lain-lain). Pada dasarnya semua organisme dalam keadaan seimbang (terkendali) jika tidak terganggu keseimbangan ekologinya (Syukur,2012).  Untuk itu prerlindungan tanaman perlu diupayakan  untuk mencegah kerugian pada usaha budidaya tanaman  yang diakibatkan oleh pengganggu tanaman karena serangga merupakan golongan hewan yang dominan dimuka bumi sekarang ini yang jumlahnya kira-kira 50% dari jumlah populasi mahluk hidup di bumi(Makarim,2003).

Hama dikatakan serangga memiliki ciri-ciri tertentu. Bagian tubuh serangga pada umumnya terdiri atas 3 daerah yaitu kepala, toraks dan abdomen. Pada kepala terdapat sepasang antena, sepasang matamajemuk, 3 buah ocelli, serta seperangkat alat mulut. Toraks didukung oleh 3segmen masing-masing segmen terdapat sepasang kaki. Serangga yang memilikisayap umumnya mempunyai 2 pasang sayap yang melekat pada segmen ke-2 danke-3 dari toraks. Abdomen disokong oleh 11 segmen yang ditumbuhi olehspirakel, tympanum, alat genitalia dan dilengkapi oleh ovipositor.  Berdasarkan urairan diatas maka hal yang melatar belakangi praktikum iniyaitu agar dapat mengetahui morfologi dari serangga dan gejala serangan sertadapat mengetahui macam – macam ordo.



Hal diatas merupakan landasan perlunya dilakukan suatu praktikum pengenalan serangga, karna dalam pengendalian hama kita harus mengetahui kelemahan dan kelebihan serangga tersebut agar mendapatkan pestisida yang tepat dan tetap menjaga keramahan lingkungan(Kanisius,1995).


1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.        Untuk mengetahui jenis ordo serangga sebagai hama
2.        Untuk mengetahui serangga yang berperan sebagai musuh alami

II. METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah Mikroskop Majemuk, Cawan Petri. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah serangga Ordo Coleoptera Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei), Kumbang Badak (Oryetes rhinoceros), Ordo Diptera Lalat Buah(Bactacela dersaurs),Musuh Alami Semut Rang-rang(Oecophylla smaragdina),Semut Hitam(Pelicoderus sp).

2.2  Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum sebagai berikut:
1.    Praktikan bekerja dengan kelompoknya masing-masing.
2.    Serangga sebagai hama dan musuh alami diambil dalam ordo yang berbeda-beda.
3.    Spesimen diamati dibawah mikroskop.
4.    Hasil pengamatan di tulis dan di gambar.









III.HASIL PENGAMATAN


3.1  Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan sebagai berikut.

Belalang







Nama ilmiah               : Valanga nigricornis
Ordo                            : Orthoptera
Tipe mulut                  : Menggigit mengunyah (mandibulata)
Metamorfosis             : Paurometabola atau tidak sempurna (telur-nimfa -imago)
Mekanisme serangan  : Tanaman yang diserang (daun)  pertama digigit pada bagian tersebut lalu dikunyah
Gejala                         : Gejala serangan tidak spesifik, bergantung pada tipe tanaman yang diserang dan tingkat populasi. Daun biasanya bagian pertama yang diserang. Hampir keseluruhan daun habis termasuk tulang daun, jika serangannya parah. Terdapat bekas gigitan pada tepi daun.



Cecopet



Nama ilmiah               : Chelisoches morio
Ordo                            : Dermaptera
Tipe mulut                  : Menggigit mengunyah (Mandibulata)
Metamorfosis            : Paurometabola atau tidak sempurna (telur-nimfa-imago)
Mekanisme serangan : Hama predator (serangga yang memangsa serangga lain dengan cara menangkap, menggigit mengunyah, memangsa habis seluruh tubuh.
Gejala                          :Tidak ada gejala yang ditimbulkan, karena cecopet sebagai predator atau musuh alami bagi hama lain. Serangga yang dimakan habis tanpa tersisa.






Thrips













Nama ilmiah                : Thrips sp
Ordo                            : Thysanoptera
Tipe mulut                   : Haustelata, tetapi terdapat mandible yang tidak   sama yaitu tipe meraut-menghisap.
Metamorfosis              : Tidak sempurna atau Paurometabola (telur-nimfa-imago)
Mekanisme serangan   : Cara menyerang dengan menghisap cairan daun, akhirnya menyebabkan tanaman menjadi menggulung dan kerdil. 
Gejala                          : Adanya bercak keperak-perakanan di balik daun. Daun tanaman muda lebih disenangi hama.



Penggerek Buah Kopi















Nama ilmiah                : Hypothenemus hampei
Ordo                             : Coleoptera
Tipe mulut                   : Menggigit mengunyah (Mandibulata)
Metamorfosis              : Sempurnaatau holometabola (telur-larva-pupa-imago)
Mekanisme serangan   : Menyerang buah dengan endosperma yang telah mengeras. Buah kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan makanan dan selanjutnya ditinggalkan.
Gejala                          :  Buah tidak berkembang, warnanya berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat biji berlubang.




Pengorok Daun



Nama ilmiah               : Liriomyza huidobrensis
Ordo                            : Diptera
Tipe mulut                  : Menggigit mengunyah (Mandibulata)
Metamorfosis: Sempurna atau holometabola (telur-larva-pupa-imago)
Mekanisme serangan   : Lalat ini menyerang daun tanaman setelah meletakkan telur pada bagian dalam  dan mengorok kejaringan mesofil.
Gejala: Jaringan daun menjadi kosong, dan menampakkan bercak berwarna putih atau keperakan di atas permukaan daun.



V.  KESIMPULAN


Adapun kesimpulan dari praktikum ini sebagai berikut:
1.    Serangga yang berperan sebagai hama adalah OrdoColeoptera: Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei), Kumbang Badak (Oryetes rhinoceros),Ordo Diptera Lalat Buah(Bactacela dersaurs),
2.     Serangga yang berperan menjadi musuh alami adalah Semut Rang-rang(Oecophylla smaragdina),Semut Hitam(Pelicoderus sp).Serangga tersebut menjadi musuh alami dengan cara menjadi predator dan parasit bagi hama yang akan menyerang tanaman.









DAFTAR PUSTAKA



Makarim, dkk. 2003. Arah dan Strategi Penelitian Ambang Ekonomi Hama Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Balai penelitian Tanaman Pangan. Bandung.

Kanisius. 1995. Hama Sains Pestisida dan Kegunaannya. Yogyakarta. Natawigena.

Syukur, M.2012. Hama Pengganggu Tanaman. Penebar Swadaya.
Jakarta.






















LAMPIRAN

Laporan MENGHITUNG INTESITAS SERANGAN HAMA



MENGHITUNG INTESITAS SERANGAN HAMA
 ( Laporan Praktikum Bioekologi Hama Tanaman)





Oleh

Nasrulloh Zein Maksum
1414121162









JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

I. PENDAHULIAN



1.1 Latar belakang

Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.  Kebanyakan hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman adalah dari kelompok serangga. Keberadaan hama tersebut sangat dirisaukan, karena kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama bisa menyebabkan kualitas dan kuantitas panen pada suatu pertanaman mengalami penurunan. Hal tersebut tentu juga akan mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Hama yang merugikan secara ekonomi, biasanya merupakan hama yang menyerang pada bagian tanaman yang kita konsumsi, atau biasa kita sebut dengan hama langsung. Serangan hama pada suatu tanaman akan menimbulkan gejala yang khas, hal ini terkait dengan alat mulut serta perilaku yang dimiliki oleh masing-masing serangga yang juga memiliki ciri khas tersendiri. Semakin banyak populasi hama di suatu pertanaman, semakin besar pula gejala kerusakan yang ditimbulkan, hal ini juga akan mengakibatkan semakin tingginya tingkat kerugian ekonomi. Untuk menghindari kerugian ekonomi akibat serangan yang ditimbulkan oleh hama, maka perlu diadakan suatu pengendalian. Pada pengendalian tersebut hendaknya kita harus mengetahui ekologi dari masing-masing hama, sehingga hal ini bisa memudahkan kita dalam mengambil keputusan untuk pengendalian hama secara tepat(Marwoto, 1992).


Serangan dapat diartikan sebagai bentuk aktivitas OPT untuk menimbulkan kerusakan pada tanaman sedangkan kerusakan adalah efek dan aktivitas OPT pada tanaman dan biasanya ditinjau dari segi fisiologis dan ekonomis. Kerusakan tanaman karena serangan OPT sangat beragam tergantung pada gejala serangannya, sehingga dikenal kerusakan mutlak atau dianggap mutlak dan tidak mutlak. Kerusakan mutlak adalah kerusakan yang terkadi secara permanen/ keseluruhan pada tanaman bagian tanaman yang akan dipanen, misalnya kematian seluruh jaringan tanaman dan layu. Sedangkan yang dianggap mutlak seperti terjadinya busuk, rusaknya sebagian jaringan tanaman sehingga tanaman atau bagian tanaman tidak produktif lagi. Kerusakan tidak mutlak, merupakan kerusakan sebagian tanaman seperti daun, bunga, buah, ranting, cabang, dan batang (Dirjen Bina,2002).

Organisme pengganggu tanaman adalah semua organisme yang dapat menyebabkan  penurunan potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya. Organisme pengganggu tanaman dikelompokan menjadi 3 kelompok utama yaitu hama, penyakit, dan gulma. Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tanaman dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman. Gangguan terhadap tanaman yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan  jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tanaman, tetapi  penyakit merusak tanaman dengan mengganggu proses(Mugnisjah, 1995)


1.2. Tujuan praktikum

Adapun tujuan dilakukan praktikum ini adalah:
1.Mengetahui intensitas serangan hama dan cara menghitung intensitas serangan hama serta besar kerusakan yang terjadi pada spesimen.
2. Mengetahui rumus menghitung intensitas serangan hama..

II.  METODOLOGI PRAKTIKUM



2.1.  Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah pena, kertas,
Sedangkan bahan yang digunakan daun agsana, daun kacang tanah dan daun kedelai



2.2.  Prosedur Kerja

Adapun Prosedur kerja dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.  Praktikan dijelaskan mengenai praktikum intensitas serangan hama oleh asisten.
2.  Tiga sampel daun disiapkan sebagai spesimen
3.  Persentase mutlak dan tidak mutlak dihitung dari tiap-tiap sampel.
4.  Hasil yang didapat pada praktikum dicatat.
5. Masing-masing spesimen dihitung dengan rumus kerusakan mutlak dan tidak mutlak.

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



3.1.  Hasil Pengamatan


Adapun hasil pengamatan yang diperoleh  pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
No
Sampel Daun
Nilai Skala
1
Kacang Ijo
0=1
1=4
2=4
3=1
4=0
2
Kacang Tanah
0=0
1=4
2=4
3=2
4=0

Angsana
0=3
1=3
2=3
3=1
4=0


3.2  Pembahasan

Pada praktikum melakukan pengamatan dan menghitung intensitas serangan hama pada spesimen. Ada 2 macam menghitung intensitas kerusakan yaitu kerusakan mutlak dan tidak mutlak. Kerusakan mutlak adalah kerusakan tanaman/bagian tanaman yang ditimbulkan oleh serangan OPT sehingga menyebabkan tanaman/bagian tanaman tersebut tidak menghasilkan. Kerusakan tidak mutlak adalah kerusakan tanaman/bagian tanaman yang ditimbulkan oleh serangan OPT sehingga menyebabkan tanaman/bagian tanaman tersebut masih menghasilkan (Endah, 2005).

Untuk menghitung kerusakan mutlak dapat mengguankan rumus :
I =  x 100%
Keterangan:
I = Intensitas serangan
a = Banyaknya sampel yang dianggap rusak
b = Banyaknya sampel yang tidak rusak

Untuk menghitung kerusakan tidak mutlak yaitu dengan rumus :
I =             
Keterangan :
ni = Jumlah tanaman sampel dengan skala kerusakan Vi
Vi = Nilai skala kerusakan ke-i
N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman sampel yang diamati
Z = Nilai skala kerusakan tertinggi yang diamati dengan sampel

Pada praktikum ini melakukan pengamatan terhadap daun kacang ijo, kacang tanah dan daun angsana. Setiap spesimen tersebut masing-masing 10 sampel daun yang diamati. Pada spesimen kacang ijo diperoleh nilai skala 0=1, 1=4, 2=4, 3=1, dan 4=0 : artinya bahwa yang terjadi kerusakan dengan skala 0 yaitu hanya 1 daun, kerusakan skala 1 sebanyak 4 daun, kerusakan skala 2 sebanyak 4 daun, kerusakan skala 3 sebanyak 1 daun dan dengan skala 4 tidak ada. Pada spesimen kacang tanah diperoleh nilai skala 0=0, 1=4, 2=4, 3=2, dan 4=0 : artinya dengan skala 0 tidak ada, dengan skala 1 banyaknya daun yang rusak yaitu 4, skala 2 sebanyak 4 daun, skala 3 sebanyak 2 daun dan skala 4 tidak ada. Sedangkan pada daun angsana diperoleh hasil 0=3, 1=3, 2=3, 3=1,dan 4=0 : artinya kerusakan dengan skala 0 ada 3 daun, dengan skala 1 sebanyak 3 daun, skala 2 sebanyak 3 daun, skala 3 sebanyak 1 daun dan dengan skala 4 tidak ada(Mugnisjah,1995).

Daun spesimen-spesimen yang diamati terjadi adanya kerusakan pada masing-masing daun. Keruskan daun tersebut diakibatkan karena adanya hama yang menyerangnya. Hama yang menyerang daun kacang ijo yaitu lalat kacang, ulat penggulung daun, kepik hijau, ulat grayak, dan Thrips sp. Hama yang menyerang daun kacang tanah yaitu ulat berwarna, ulat grapyak, ulat jengkal, sikada, dan kumbang daun. Hama yang menyerang daun angsana adalah pengorok daun, ulat grapyak, dan kepik hijau (Bappenas, 1991).

IV. KESIMPULAN



Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.  Cara menghitung intensitas serangan hama.ada 2 cara antara lain dengan keruskan mutlak dan tidak mutlak.  Kerusakan yang dialami pada spesimen kacang ijo yaitu sedang, kacang tanah yaitu berat dan angsana yaitu sedang.
2.  Rumus  menghitung intensitas serangan hama yaitu kerusakan mutlak  I =  x 100%  dan keruskan tidak mutlak I =
besar kerusakan tidak mutlak kacang ijo = 50%, kacang tanah =60%, dan angsana =40%.













DAFTAR PUSTAKA



Bappenas. 1991. Petunjuk lapang latihan PHT palawija. Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu. Proyek Prasarana  fisik bappenas. Jakarta.

Dirjen Bina Produksi Tanaman. 2002. Pemetaan Daerah Endemis OPT penting pada tanaman Pangan. Pangan Buku 1. Pangan Balai Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Jakarta.

Endah, Joisi, Nopisan. 2005. Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Marwoto. 1992. Masalah pengendalian hama Blimbing  di tingkat petani. hlm. 37−43. Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Blimbing. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. Malang.

Mugnisjah,W.Q. dan Setiawan, A. 1995. Produksi Benih. Bumi Aksara    Jakarta.








LAMPIRAN









PERHITUNGAN


1).  Perhitungan Kerusakan Mutlak
            a). Pada sampel tanaman  kacang tanah
                I       =    
                I       =    
                        =   100%

            b).  Pada sampel tanaman daun angsana
                I       =    
                I       =    
                        =   70%

            c).  Pada sampel tanaman daun kacang ijo
                I       =    
                I       =    
                        =   100%

           

2).  Perhitungan Kerusakan Tidak Mutlak
            a).  Pada sampel tanaman kacang tanah

  I  =
              I   =  
  I  =    
              I   =  60%

           b).  Pada sampel tanaman daun angsana
                I  =
               I   =  
               I  =    
              I   =  40%

            c).  Pada sampel tanaman daun kacang ijo
               I  =
               I   =  
               I  =    
               I   = 50%