Tuesday 27 September 2016

Laporan Bahan organik Tanah dasar-dasar ilmu tanah

PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa organik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik organik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya (Madjid,2007). Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil. Dalam bentuk inilah bahan organik banyak berakumulasi dalam tanah. Humus memiliki konstribusi terbesar terhadap durabilitas dan kesuburan tanah. Humuslah yang aktif dan bersifat liat yaitu bermuatan negatif (Djuanda, 2004). Sumber primer bahan organik dalam tanah alfisol adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting dan daun. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah tersebut (Islami,1995). Bahan organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbarui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbarui melalui penambahan sisa-sisa tanaman dan binatang (Utami, 2004). Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah Mengukur persentase bahan organik tanah. Mengetahui hubungan bahan organik dengan tunbuhan. Mengetahui cara menentukan bahan organik tanah.   II TINJAUAN PUSTAKA Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu. Bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjipto, 1992). Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono,1983). Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman berada dalam kondisi yang optimum jika komposisinya terdiri dari : 25% udara, 25% air, 45% mineral dan 5% bahan organik. Atas dasar perbandingan ini, nampak kebutuhan tanah terhadap bahan organik adalah paling kecil. Namun demikian kehadiran bahan organik dalam tanah mutlak dibutuhkan karena bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah (Sutanto,2005).   Bahan organik yang masih mentah dengan nisbah C/N tinggi, apabila diberikan secara langsung ke dalam tanah akan berdampak negatif terhadap ketersediaan hara tanah. Bahan organik langsung akan disantap oleh mikrobia untuk memperoleh energi. Populasi mikrobia yang tinggi, akan memerlukan hara untuk tumbuh dan berkembang, yang diambil dari tanah yang seyogyanya digunakan oleh tanaman, sehingga mikrobia dan tanaman saling bersaing merebutkan hara yang ada. Akibatnya hara yang ada dalam tanah berubah menjadi tidak tersedia karena berubah menjadi senyawa organik mikrobia. Kejadian ini disebut sebagai immobilisasi hara (Atmojo, 2003). Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan fauna, perakaran tanaman yang hidup dan yang mati, yang terdekomposisi dan mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan. Humus merupakan bahan organik tanah yang sudah mengalami prubahan bentuk dan bercampur dengan mineral tanah (Sutanto,2005)   III METODOLOGI PRAKTIKUM Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan, erlenmeyer 500 ml, pipet, dan buret. Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah contoh tanah kering udara yang lolos saringan 0,5 mm, K2Cr2O7N, H2SO4 pekat, indikator feroin 0,025 M, dan larutan FeSO4 0,5 N. Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah :     IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Adapun hasil dari praktikum ini adalah : No Tanah Volume titrasi C Organik (%) Bahan Organik (%) NH4FeSO4 0,5 N 1 Blanko 11,8 ml 2 A (hitam) 4,9 ml 2,28 3,93 3 B (merah) 8,5 ml 1,09 1,88 Pembahasan Dari praktikum yang telah dilakukan telah didapat hasil yang berupa data C-organik dan B-organik. Hasil tersebut menunjukan bahwa B-organik didapat dari perkalian C-organik dengan ketetapan yang ada yaitu 1,724. Ini menunjukan bahwa nilai B-organik selalu lebih tinggi atau lebih besar daripada C-organik. Adapun C-organik untuk tanah A (hitam) adalah 2,28 % sehingga B-organiknya sebesar 3,93 %. Sedangkan untuk C-organik tanah B (merah) adalah 1,09 % sehingga B-organiknya sebesar 1,88 %. Dengan kata lain nilai bahan organik pada tanah A (hitam) lebih besar daripada nilai bahan organik pada tanah B (merah), sehingga tanah A (hitam) lebih baik atau lebih bagus untuk ditanami tanaman karena ketersediaan bahan organik yang banyak dibandingkan dengan tanah B (merah). Bila dilihat dari tabel kriteria bahan organik tanah dari data yang didapat, kita bisa menarik kesimpulan bahwa tanah A (hitam) memiliki bahan organik yang tinggi, sedangkan untuk tanah B (merah) memiliki bahan organik yang sedang. Hasil tersebut didapat dari tabel kriteria bahan organik tanah, yaitu : Bahan Organik (%) Kriteria < 0,5 0,5 – 1 1 – 2 2 – 4 4 – 8 8 – 15 > 15 Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi Berlebihan Sangat Berlebihan Gambut Menurut Sasongko (2013), faktor – faktor yang mempengaruhi bahan organik dalam tanah antara lain : Kedalaman tanah = kandungan terbesar ada pada lapisan tanah atas (horizon A) Iklim = semakin dingin suatu tempat maka kandungan bahan organik semakin banyak. Tekstur tanah = bahan organik lebih tinggi pada tanah dengan tekstur liat. Drainase = drainase yang buruk dan air berlebih akan manjadikan bahan organik tersapu dan hilang. Vegetasi penutupan dan kapur = melindungi lapisan atas tanah dari tekanan air hujan. Dalam menganalisis sampel yang bersifat basa, maka dapat menggunakan larutan standar asam, metode ini dikenal dengan istilah asidimetri. Sebaliknya jika menentukan sampel yang bersifat asam, gunakan larutan standar basa dan dikenal dengan istilah alkalimetri. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut titrant dan biasanya diletakkan dalam erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut titer dan biasanya diletakkan dalm buret. Indikator yang dipakai dalam titrasi adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Perubahan warna pada titrant karena dipengaruhi oleh pH dan telah mencapai titik akhir titrasi (Radhanny, 2012). Menurut Madjid (2007), peranan bahan organik terhadap sifat fisik tanah, meliputi: Stimulan terhadap granulasi tanah. Memperbaiki stuktur tanah menjadi remah. Menurunkan plastisitas dan kohesi tanah. Mempengaruhi warna tanah. Menghemat erosi. Mengurangi pencucian tanah. Menurut Madjid (2007), peranan bahan organik terhadap sifat kimia tanah, meliputi: Meningkatkan hara tersedia dari proses mineralisasi bagian bahan organik yang mudah terurai. Menghasilkan humus tanah yang berperan secara koloidal. Menghasilkan kapasitas tukar kation (KTK). Menurunkan muatan positif tanah. Menurut Madjid (2007), peranan bahan organik terhadap sifat biologi tanah, meliputi: Meningkatkan keragaman organisme. Meningkatkan populasi organisme tanah.   V KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah : Nilai bahan organik tanah A (hitam) sebesar 3,93 % dan nilai bahan organik tanah B (merah) sebesar 1,88 %. Bahan organik tanah A (hitam) tinggi dan bahan organik tanah B (merah) sedang. Ada 3 metode penetapan bahan organik yaitu berdasarkan kehilangan bobot karena pemanasan, berdasarkan unsur C, dan berdasarkan jumlah bahan organik yang mudah teroksidasi. Fungsi atau peranan bahan organik terdapat pada sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.   DAFTAR PUSTAKA Atmojo, S. W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah Dan Upaya Pengolahannya. Surakarta : Sebelas Maret University Press. Djuanda, J. S. M. 2004. Kajian Laju Infiltrasi Dan Beberapa Sifat Fisik Tanah Pada Tiga Jenis Tanaman Pagar Dalam Sistem Budidaya Lorong. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 4 : 25 – 31. Doeswono. 1983. Ilmu-Ilmu Terjemahan. Jakarta : Bhtara Karya Aksara. Islami, T. 1995. Klasifikasi Tanah. Jakarta : Aka Press. Madjid, A. 2007. Bahan Organik Tanah. Palembang : Universitas Sriwijaya. Radhanny. 2012. http://radhanny.wordpress.com diakses pada hari Jum’at 07 November 2014 pukul 10.32 WIB. Sasongko.2013. http://katonsasongko.wordpress.com diakses pada hari Jum’at 07 November 2014 pukul 11.20 WIB. Soetjipto. 1992. Dasar – Dasar Irigasi. Jakarta : Erlangga. Sutanto, R. 2005. Dasar – Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan. Yogyakarta : Kanisius. Utami, S. M. 2004. Sifat Kimia Entisol Pertanian Organik Dan Anorganik. Jurnal Ilmu Tanah 10 : 63 – 69.   ACC BAHAN ORGANIK TANAH No. Tanah Volume titrasi NH4FeSO4 0,5 N C organik (%) Baha organik (%) 1. Blanko 11,8 ml 2. A (hitam) 4,9 ml 3. B (merah) 8,5 ml Perhitungan : % C-organik = ml K2Cr2O7N x (1 – s/t) 0,3886 berat sampel tanah % bahan organik = % C-organik x 1,724 t = ml titrasi blanko s = ml titrasi sampel Pembahasan : Bandingkan data C-organik dan B-organik. Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah. Penyebab perubahan warna pada proses titrasi.   BAHAN ORGANIK TANAH   LEMBAR PENGESAHAN Judul Percobaan : Bahan Organik Tanah Tanggal Percobaan : 03 November 2014 Tempat Percobaan : Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan : Agroteknologi Fakultas : Pertanian Kelompok : 8 (Delapan) Bandar Lampung, 03 November 2014 Mengetahui, Asisten Ade Suryani NPM : 1114121208   PERHITUNGAN Tanah A % C-organik = ml K2Cr2O7N x (1 – s/t) 0,3886 berat sampel tanah = 5 x ( 1 - 4,9⁄11,8 ) 0,3886 0,5 = 5 x 0,585 x 0,3886 0,5 = 2,28 % % B-organik = % C-organik x 1,724 = 2,28 % x 1,724 = 3,93 % Tanah B % C-organik = ml K2Cr2O7N x (1 – s/t) 0,3886 berat sampel tanah = 5 x ( 1 - 8,5⁄11,8 ) 0,3886 0,5 = 5 x 0,72 x 0,3886 0,5 = 1,09 %   % B-organik = % C-organik x 1,724 = 1,09 % x 1,724 = 1,88 %   LAMPIRAN

No comments:

Post a Comment