Tuesday 27 September 2016

laporan PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN MENGGUNAKAN PESTISIDA SINTETIK PENGENALAN BAHAN



1PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN MENGGUNAKAN PESTISIDA SINTETIK
PENGENALAN BAHAN
 (Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)








Oleh
Nasrulloh Zein Maksum
1414121162
Kelompok 8





















JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
I.  PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Simptomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala (symptom) penyakit pada tumbuhan. Pada umumnya tumbuhan yang sakit akan menunjukkan gejala yang khas dan dengan mudah gejala tersebut dapat dilihat dengan mata tanpa alat bantu. Yang dimaksud gejala penyakit yaitu kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal yang ditunjukkan oleh tanaman sebagai akibat dari adanya gangguan penyebab penyakitnya, apakah disebabkan oleh mikoorganisme patogenik, virus ataukah oleh penyebab penyakit abiotik segingga akan lebih memudahkan dalam langkah – langkah yang tepat untuk melakukan usaha – usaha pengendalian penyakit (Sukamto, 1998).

Pestisida digunakan dalam mengendalikan organisme pengganggu dalam bidang
pertanian.  Pestisda yang ramah lingkungan adalah pestisida nabati dengan memanfaatkan mikroorganisme berupa jamur.  Seperti yang kita ketahui jumlah mikroba di alam sekitar sangat besar dan komplek. Beratus- ratus spesies berbagai mikroba  menghuni bermacam-macam bagian tanah, tumbuhan, makanan, termasuk tubuh kita. Sebagai contoh, sekali bersin dapat menyebarkan beribu-ribu mikroorganisme. Satu tinja dapat mengandung jutaan bakteri (Semangun,2000).

Pada pengendalian menggunakan pestisida kimiawi sintetik, biasanya bahan-bahan aktif dari pestisida tersebut bersifat menimbulkan residu pada suatu tanaman dan residu lama terurai. Selain itu menyakngkut bahan aktif seorang petani harus bijak dalam menggunakan pestisida sintetik untuk mengendalikan patogen penyakit tanaman demi kemanan lingkungan(Agrios,1996).

1.2  Tujuan Praktikum

Tujuan  dilakukanya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.  Mengenal kemasan,formulasi,warna, bentuk pestisida untuk pengendalian patogen tumbuhan yang umum dijumpai di pasaran.
2.  Mengetahui nama dagang dan konsentrasi bahan aktif, dosis dan cara penggunaan, sasaran pestisida yang umum dijumpai di pasaran.

II.  METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1  Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2016 di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung, pada pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai.


2.2  Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, kertas dan penghapus.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah contoh pestisida baik dalam kemasan ataupun gambar.

2.3  Cara Kerja

Diamati masing-masing contoh gambar pestisida yang disediakan oleh asisten, lalu kemasan pestisida digambar oleh praktikan.  Kemudian dicatat keterangan yang tertera pada kemasan pestisida tersebut, seperti nama dagang,bahan aktif, konsentrasi bahan aktif, warna, formulasi, cara penggunaan, sasaran,  dosis, jenis pestisida tersebut (kontak/sistemik), gejala dini keracunan, pertolongan pertama serta produsen yang memproduksi pestisida tersebut.



III.  HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:




Nama dagang                         : Benlox 50 WP
Nama bahan aktif                   : Benomil
Jenis kandungan bahan aktif  : Protektif dan kuratif
Konsentrasi bahan aktif         : 50 %
Warna                                    : Putih


Formulasi                               : Tepung
Cara penggunaan                   : Disemprotkan dan ditaburkan pada tanaman sakit
Sasaran dan dosis                   : Kacang tanah Penyakit bercak daun :Cercospora arachidicola (0,5 – 1 g/l), Cercospora personata (0,25 – 0,5 g/l) ,Penyakit embun tepung : Podosphaera leucotricha (1,5 – 2,25 g/l), Penyakit antraknosa : Colletotrichum circinans (1,5 – 2,25 g/l), Cabai Penyakit bercak daun : Cercospora capsici (1,5 – 2,25 g/l), Semangka Penyakit antraknosa : Colletotrichum lagenarium (2 – 3 g/l), Penyakit bidang sadap : Ceratocystis fimbriata (1 – 1,5 g/l), Penyakit blast : Pyricularia oryzae (2 g/l), Hawar daun : Xanthomonas oryzae (2 g/l), Busuk hitam: Xanthomonas campestris (2 g/l), penyakit rebah semai : Pythium spp. (2 g/l), Fusarium oxysporum (2 g/l), penyakit rebah semai : Pythium spp. (2 g/l), Bercak daun: Curcularia maculans (4 g/l) , Tomat penyakit rebah semai : Pythium spp. (2 g/l),  Penyakit embun tepung : Oidium tabaci (2 g/l)
Jenis pestisida                       : Sistemik
Gejala dini keracunan           : Penglihatan kunang-kenang, mual dan muntah, jantung berdetak tak beraturan, sesak nafas dan badan lemas.
Petunjuk pertolongan pertama: Dibawa pada tempat yang banyak terdapat oksigen dan  beri penawar keracunan secepatnya
Produsen                                : PT. Dharma Guna Wibawa

                                  
                                  

Nama dagang                         : Folicur Gold
Nama bahan aktif                   : Tebuconazole
Jenis kandungan bahan aktif  : Fungisida fungitoksik
Konsentrasi bahan aktif         : 250 g/l
Warna                                    : Putih
Formulasi                               : Cair
Cara penggunaan                   : Disemprotkan pada tanaman sakit dengan dosis sesuai dengan ketentuan penyuluh setempat/sesuai dosis anjuran
Sasaran dan dosis                   : Bercak daun (0.5- 1 l/ha), busuk batang (250 g/ha), Blister blight Exobasidium vexans (50 - 100 ml/ha), Black leaf streak (black Sigatoka) Mycosphaerella sp.0.4-0.8 l/ha
Jenis pestisida                       : Sistemik
Gejala dini keracunan           : Kelumpuhan pernafasan,  Kejang
Petunjuk pertolongan pertama: Pindahkan korban dari daerah bahaya, buka baju yang terkena racun, bila kerkena kulit segera cuci kulit dengan air dan sabun yang banyak, bila terkena mata bersihkan mata dengan air selama 15 menit. Segera konsultasikan dengan dokter mata
Produsen                                : PT. Bayer Cropd Sience

                         

Nama dagang                         : Bactoxyn 150 AL
Nama bahan aktif                   : Oksitetrasiklin
Jenis kandungan bahan aktif  : Bakterisida protektif
Konsentrasi bahan aktif         : 150 g/l
Warna                                    : Coklat muda
Formulasi                               : Cair
Cara penggunaan                   : Disemprotkan pada tanaman sakit yang memperlihatkan keadaan patogen
Sasaran dan dosis                   : Penyakit bakterI Ralstonia solanacearum pada tanaman cabai,daun tembakau, dan hawar pelepah.
Jenis pestisida                       : Sistemik
Gejala dini keracunan           : Penglihatan kunang-kenang, mual dan muntah, jantung berdetak tak beraturan, sesak nafas dan badan lemas.
Petunjuk pertolongan pertama: Dibawa pada tempat yang banyak terdapat oksigen dan  beri penawar keracunan secepatnya
Produsen                                : PT. Dharma Guna Wibawa



Nama dagang                         :Dithane M-45
Nama bahan aktif                   : Manocozeb
Jenis kandungan bahan aktif  : Protektif dan kuratif
Konsentrasi bahan aktif         : 80%
Warna                                    : Kuning keabuan
Formulasi                               : Tepung
Cara penggunaan                   : Disuspensikan 1 minggu sekali
Sasaran dan dosis                   : Busuk daun tomat, bercak daun tomat
Jenis pestisida                       : Sistemik
Gejala dini keracunan           : Penglihatan kunang-kenang, mual dan muntah, jantung berdetak tak beraturan, sesak nafas dan badan lemas.
Petunjuk pertolongan pertama: Tinggalkan pakaian dan cuci bersih bagian badan yang terkena.
Produsen                                : PT. Dow AgroSciences Indonesia



Nama dagang                         : Polycom 70 WG
Nama bahan aktif                   : Metiram
Jenis kandungan bahan aktif  : Protektif dan kuratif
Konsentrasi bahan aktif         : 70 %
Warna                                    : Putih
Formulasi                               : Tepung
Cara penggunaan                   : Disemprotkan dan ditaburkan pada tanaman sakit
Sasaran dan dosis                   : Busuk daun ( P. Palmivora), Bercak daun (Alternaria solani). 0,5 – 2,0 gr/ l.
Jenis pestisida                       : Kontak
Gejala dini keracunan           : Penglihatan kunang-kenang, mual dan muntah, jantung berdetak tak beraturan, sesak nafas dan badan lemas.
Petunjuk pertolongan pertama: Dibawa pada tempat yang banyak terdapat oksigen , cuci bagin tubuh yang terkena.
Produsen                                : PT. BASF Indonesia.



Nama dagang                         : Saromyl 35 D
Nama bahan aktif                   : Metalaksil
Jenis kandungan bahan aktif  : Protektif
Konsentrasi bahan aktif         : 35 %
Warna                                    : Putih
Formulasi                               : Tepung
Cara penggunaan                   : Disemprotkan dan ditaburkan pada tanaman sakit
Sasaran dan dosis                   : Bulai pada tanaman jagung 2 gram/ liter air dan perlakuan benih 3 gram/ kg benih.
Jenis pestisida                       : Sistemik
Gejala dini keracunan           : Penglihatan kunang-kenang, mual dan muntah, jantung berdetak tak beraturan, sesak nafas dan badan lemas.
Petunjuk pertolongan pertama: Dibawa ke bawah pohon dan dicuci bagian tubuh yang terkena pestisida.
Produsen                                : PT. Tanindo Subur Prima


Nama dagang                         : Agrept 20 WP
Nama bahan aktif                     : Streptomisin sulfat
Jenis kandungan bahan aktif  :  Fungisida toksik
Konsentrasi bahan aktif         : 20 %
Warna                                    : Putih
Formulasi                               : Tepung
Cara penggunaan                   : Disemprotkan dan ditaburkan pada tanaman sakit
Sasaran dan dosis                   : Penyakit layu bakteri pada kedelai, tembakau dan cabai 2 gram/liter.
Jenis pestisida                       : Sistemik
Gejala dini keracunan           : Penglihatan kunang-kenang, mual dan muntah, jantung berdetak tak beraturan, sesak nafas dan badan lemas.
Petunjuk pertolongan pertama: Dibawa pada tempat yang banyak terdapat oksigen dan  beri penawar keracunan secepatnya
Produsen                                : PT. Mastalin Mandiri




Nama dagang                         : Aliette
Nama bahan aktif                   : Aluminium fosfit
Jenis kandungan bahan aktif  : Fungisida toksik
Konsentrasi bahan aktif         : 80 %
Warna                                    : Putih kotor
Formulasi                               : Tepung
Cara penggunaan                   : Disemprotkan dan ditaburkan pada tanaman sakit
Sasaran dan dosis                   :  Collectotrichum capsici 2 gram/ l
Jenis pestisida                       : Sistemik
Gejala dini keracunan           : Mual  dan muntah, jantung berdetak tak beraturan, sesak nafas dan badan lemas.
Petunjuk pertolongan pertama: Diberi penawar keracunan secepatnya
Produsen                                : PT. Bayer Indonesia



Nama dagang                         : Revus 250 SC
Nama bahan aktif                   : Mandipropamid Konsentrasi
Jenis kandungan bahan aktif  : Preventif dan kuratif
Konsentrasi bahan aktif         : 20 gr/l
Warna                                    : Putih Kecoklatan
Formulasi                               : Larutan pekat
Cara penggunaan                   : Disemprotkan pada tanaman sakit
Sasaran dan dosis                   : Penyakit secara preventif dan kuratif yang efektif pada tanaman bawang merah, cabai, kentang, ketimun, melon, semangka, dan tomat, 5 ml/l
Jenis pestisida                       : Sistemik
Gejala dini keracunan           : Penglihatan kunang-kenang, mual dan muntah, jantung berdetak tak beraturan, sesak nafas dan badan lemas.
Petunjuk pertolongan pertama: Dibawa pada tempat yang banyak terdapat oksigen dan  beri penawar keracunan secepatnya
Produsen                                : PT. Syngentha Indonesia



Nama dagang                         : Ridomil 35 SD
Nama bahan aktif                   : Metalaksil
Jenis kandungan bahan aktif  : Protektif
Konsentrasi bahan aktif         : 35%
Warna                                    : Merah jambu
Formulasi                               : Tepung
Cara penggunaan                   : Disemprotkan pada tanaman sakit
Sasaran dan dosis                   : Bulai pada tanaman jagung, 5 gram + 100 ml air / 1 kg benih.
Jenis pestisida                       : Sistemik lokal
Gejala dini keracunan           : Sesak nafas dan badan lemas.
Petunjuk pertolongan pertama: Dibawa pada tempat yang banyak terdapat oksigen
Produsen                                : PT. Citraguna Saranatama



Nama dagang                         : Promefon 250 EC
Nama bahan aktif                   : Triadimefon
Jenis kandungan bahan aktif  : Protektif dan kuratif
Konsentrasi bahan aktif         : 20 ml
Warna                                    : Putih Kuning atau kecoklatan
Formulasi                               : Larutan pekat
Cara penggunaan                   : Dicairka laluisemprotkan pada tanaman sakit
Sasaran dan dosis                   : Buercak daun pada apel, antraknosa cabai, Apel 20 ml/l, cabai 1,5- 2ml/l
Jenis pestisida                       : Sistemik
Gejala dini keracunan           : Jantung berdetak tak beraturan, mual muntah.
Petunjuk pertolongan pertama: Dibawa pada tempat yang banyak terdapat oksigen
Produsen                                : PT. BASF Indonesia.
































3.2 Pembahasan

Pestisida nabati adalah ramuan alami pembasmi hama yang bahan-bahan aktifnya berasal dari alam seperti ekstrak tanaman tertentu yang sudah diketahui efek positifnya dalam membasmi hama tertentu. Pestisida nabati mulai diminati oleh petani, mengingat semakin tingginya harga pestisida kimiawi. Selain itu, gerakan go-organic yang terus digaungkan menarik minat petani, praktisi dan akademisi pertanian untuk menemukan berbagai ramuan alami yang efektif mengusir patogen penyakit (Semangun, 2000).

Kelebihan Pestisida Nabati

1.  Teknologi pembuatannya lebih mudah dan murah, sehingga memungkinkan untuk dibuat sendiri dalam skala rumah tangga.
2.  Pestisida nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun terhadap makhluk hidup, sehingga, relatif aman untuk digunakan.
3.  Tidak beresiko menimbulkan keracunan pada tanaman, sehingga, tanaman yang diaplikasikan pestisida nabati jauh lebih sehat dan aman dari pencemaran zat kimia berbahaya.
4.  Tidak menimbulkan resistensi (kekebalan) pada hama. Dalam artian pestisida nabati aman bagi keseimbangan ekosistem.
5.  Hasil petanian yang dihasilkan lebih sehat serta terbebas dari residu pestisida kimiawi (Mujim, 2009).

Kelemahan Pestisida Nabati

1.  Daya kerja pestisida nabati lebih lambat, tidak bisa terlihat dalam jangka waktu yang cepat.
2.  Pada umumnya tidak membunuh langsung hama sasaran, akan tetapi hanya bersifat mengusir dan menyebabkan hama menjadi tidak berminat mendekati tanaman budidaya.
3.  Mudah rusak dan tidak tahan terhadap sinar matahari.
4.  Daya simpan relatif pendek, artinya pestisida nabati harus segera digunakan setelah proses produksi. Hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi petani untuk mendapatkan pestisida nabati instan ataupun untuk memproduksi pestisida nabati untuk tujuan komersil.
5.  Perlu dilakukan penyemprotan yang berulang-ulang. Hal ini dari sisi ekonomi tentu saja tidak efektif dan efisien (Djojosumarto, 2004).

C. odorata adalah gulma siam yang masuk ke dalam golongan tumbuhan terna pemanjat semusim yang dapat tumbuh dua sampai tiga meter pada tempat terbuka dan dapat mencapai dua puluh meter apabila tumbuh memanjat pada pohon. Gulma ini dinyatakan sebagai gulma penting karena jumlahnya/kelimpahannya sangat besar.  Tanaman ini mengandung senyawa metabolik sekunder yang mampu memberikan efek kronik pada nematoda parasit (Radhopolus similis), dan beberapa jenis serangga seperti rayap, Sitophilus zeamais, Prostephanus truncatus, Plutella xylostella, Spodoptera litura, dan Spodoptera exigua.  Pemanfaatan C. odorata sebagai pestisida nabati telah dimulai pada beberapa hama antara lain pada ordo Lepidoptera, Coleoptera, Hemiptera dan Isoptera. Variasi aktivitasnya bisa berupa efek insektisidal atau repelen tergantung spesies hamanya. Adanya efek biocidal dari ekstrak C. odorata diduga karena peran dari satu atau beberapa senyawa-senyawa yang terkandung dalam C. odorata. Dari isolasi gulma ini berhasil ditemukan sejumlah alkohol, flavononas, flavonas, khalkones, asam aromatik dan minyak esensial. Minyak esensial dari daun gulma ini diduga dapat menimbulkan efek pestisidal dan nematisidal.
Ditemukan juga sejenis alkaloid yang disebut Pyrolizidine Alkaloids (PAs), yang dalam kaitannya dengan serangga, PAs ini berfungsi sebagai penghambat makan dan insektisidal. Selain itu secara umum juga sebagai repelen bagi hewan yang tidak teradaptasi dengan senyawa tersebut (PAs) dan sebagai alat proteksi bagi tanaman yang memproduksinya. PAs mempunyai peran yang lebih kompleks dibanding dengan senyawa lain yang dikandung oleh C. odorata, sehingga kajian tentang PAs ini sudah lebih komprehensif dan maju (Mahfud, 1998).

Keunggulan dari gulma siam adalah proses pembuatan pestisida dari gulma siam adalah gulma siam mengandung bahan alkaloid (Pas) yang berfungsi menghambat makan serangga dan sebagai racun serangga. C. odorata, memiliki senyawa yang komplek untuk mengendalikan beberapa hama dan penyakit tanaman, dan kefektivitasan dari C. odorata,  sudah teruji oleh para ahli ptoteksi tanaman di Indonesia.Kenggulan lainya adalah ketika membuat pestisida nabati dari gulma siam tidak memerlukan biaya yang mahal, zat yang ada pada pestisida ini dapat digabung dengan pestisida lain, ramah lingkungan,produk bebas dari racun dan mudah didapat.  Sedangkan kelemahanya adalah C. odorata tanaman lokal daerah,tidak semua daerah terdapat jenis tanaman ini,jadi tanaman ini agak susah didapatkan, selain itu reaksi dari pestisida ini tidak secepat pestisida sintetis (Agrios, 1996).


Dari praktikum yang telah dilakukan telah didapatkan data pengukuran pengamatan, hal ini memperlihatkan cawan yang berisi campuran gulma siam dan PSA mempunyai diameter lebih kecil dengan katalain pertumbuhan Collectotrichum capsici menjadi terhambat. Sedangkan pada cawan yang hanya berisi media PSA saja pertumbuhan Collectotrichum capsici  memiliki diameter yang lebih besar hal ini karena disebabkan tidak adanya senyawa penghambat atau pesaing Collectotrichum capsici dalam cawan.  Hal tersebut sudah sesuai dengan teori yang sudah ada karena didalam gulma siam terdapat senyawa yang berfungsi menghambat pertumbuhan dan bersifat racun untuk organism pengganggu tanaman.

IV.  KESIMPULAN


Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.  Pestisida nabati dari gulma siam dapat menekan pertumbuhan patogen Collectotrichum capsici karena didalam gulma siam terdapat senyawa Pyrolizidine Alkaloids
2.  Keuntungan dari pestisida nabati adalah murah, mudah dibuat, ramah lingkungan, produk yang dihasilkan bebas dari racun, dan bias dikombinasikan dengan pestisida lain.


















DAFTAR PUSTAKA




Agrios,G.N.1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Semangun.2000 . Penyakit-penyakit Tanaman Hortikutura di Indonesia. Gadjah Mada University Press.

Sukamto. S. 1998. Pengelolaan Penyakit Tanaman kopi. Kumpulan Materi Pelatihan. Bandarlampung. Universitas lampung.


















LAMPIRAN

No comments:

Post a Comment