Tuesday 27 September 2016

laporan PENGENALAN MUSUH ALAMI



PENGENALAN MUSUH ALAMI
(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman)








Oleh

Nasrulloh Zein Maksum
1414121162
Kelompok 8





















LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

I.  PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Pada bubidaya pertanian petani sering menghadapi suatu masalah besar berupa gangguan hama dan penyakit serta ketidakseimbangan hara. Beberapa serangan hama dan penyakit, sering kali menampilkan keragaan yang serupa tapi tak sama dengan ketidakseimbangan hara. Hama adalahorganisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.

Hama dari jenis serangga dan penyakit merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani yang selalu mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian.  Hama dan penyakit tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga tanaman akan layu dan bahkan mati  Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik), inang yang diserang, gejala serangan, mekanisme penyerangan termasuk tipe alat makan serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian. Serangan hama pada suatu tanaman akan menimbulkan gejala yang khas, hal ini terkait dengan alat mulut serta perilakunya

Setiap spesies serangga hama sebagai bagian dari komplekskomunitas dapat diserang oleh serangga lain atau oleh patogen penyebab penyakit pada serangga.

Ditinjau dari segi fungsinya musuh alami dapat dikelompokan menjadi predator, parasitoid dan patogen(Novizan,2002).


1.2  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.  Mengetahui pengendalian hama secara hayati.
2.  Mengetahui agensia(predator,parasitoid dan entomo patogen.)


II.  METODOLOGI PRAKTIKUM


2.1  Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 20 April 2016 di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung, pada pukul 15.00 sampai dengan selesai.

 2.2  Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Mikroskop dan cawan petri. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Spesimen berupa Kumbang macan famili Cicindae, Charop sp.(parasitoid), Semut rang-rang famili Formicidae, Kumbang kubah famili Cocinelidae, pupa ulat dan jamur Beauverea bassiana.

2.3  Cara Kerja

Adapun cara kerja praktikum ini yaitu pertama-tama praktikan diberi penjelasan tentang kegiatan praktikum. Disediakan spesimen.. Kemudian diamati specimen jamur Beauverea bassiana. menggunakan mikroskop serta diamati specimen yang ada dan dikelompokan menurut fungsinya. Setelah itu spesimen difoto.

III.  HASIL PENGAMATAN DAN PEMABAHASAN


3.1   Hasil Pengamatan
No.
Nama dan Foto
Keterangan
1.
Kumbang Macan
Famili Cicindelidae, Ordo Coleoptera. Gerak-gerik kumbang macan giat dan cepat sekali. Ia mempunyai hiasan dan warna cemerlang, seperti hijau kebiru-biruan berkila
2.
Charops sp.
Charops sp. merupakan jenis parasitoid yang tumbuh di daerah iklim tropis, Charop sp. dapat bertelur sampai dengan 50-80 butir dalam sekali masa bertelur. Setelah bertelur biasanya Charop sp. akan mati.
3.
Pupa Ulat
Pupa ulat merupakan hasil dari tahapan metarmofosis suatu larva  dan kemudian akan berubah menjadi imago dewasa. Larva ini akan mengalami kepompong selama kurang lebih 2 minggu.
4.
Kepik Leher
Struktur mulutnya yang berbentuk seperti jarum.  Sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Bagian yang beruas dari proboscis itu adalah labium

5.
Semut Rang-rang

Semut rangrang adalah serangga eusosial (sosial sejati), dan kehidupan koloninya sangat tergantung pada keberadaan pohon (arboreal). Mereka membuat sarang yang terbuat dari lembar-lembar daun
6.
Kumbang Kubah
Kumbang ini berukuran kecil: hanya 7-8 mm. Tetapi kumbang ini rakus makan beberapa jenis kutu. bisa dijumpai pada tempat di mana kutu-kutu berkumpul pada pohon kopi.. Setelah matahari terbit, kumbang dewasa mencari makanan
7.
Beauverea bassiana
Cendawan yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga. B. bassiana berasal dari kingdom Fungi, filum Ascomycota, kelas Sordariomycetes, orde Hypocreales, famili Clavicipitaceae, dan genus Beauvaria. 


3.2  Pembahasan

1.  Beauvaria bassiana
Beauvaria bassiana merupakan cendawan entomopatogen yaitu cendawan yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga. B. bassiana berasal dari kingdom Fungi, filum Ascomycota, kelas Sordariomycetes, orde Hypocreales, famili Clavicipitaceae, dan genus Beauvaria.  Beauveria bassiana secara alami terdapat di dalam tanah sebagai jamur saprofit.  Pertumbuhan jamur di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti kandungan bahan organik, suhu, kelembapan, kebiasaan makan serangga, adanyapestisida sintetis, dan waktu aplikasi.   Secara umum, suhu di atas 30 °C, kelembapan tanah yang berkurang dan adanya antifungal atau pestisida dapat menghambat pertumbuhannya(Novizan,2002).

Mekanisme infeksi dimulai infeksi langsung hifa atau spora B. bassiana kedalam kutikula melalui kulit luar serangga. Pertumbuhan hifa akan mengeluarkan enzim seperti protease, lipolitik, amilase, dan kitinase. Enzim-enzim tersebut mampu menghidrolisis kompleks protein di dalam integument yang menyerang dan menghancurkan kutikula, sehingga hifa tersebut mampu menembus dan masuk serta berkembang di dalam tubuh serangga(Novizan,2002).

Mekanisme infeksi secara mekanik adalah infeksi melalui tekanan yang disebabkan oleh konidium B. bassiana yang tumbuh. Secara mekanik infeksi jamur B. Bassian berawal dari penetrasi miselium pada kutikula lalu berkecambah dan membentuk apresorium, kemudian menyerang epidermis dan hipodermis. Hifa kemudian menyerang jaringan dan hifa berkembang biak di dalam haemolymph.  Pada perkembangannya di dalam tubuh serangga B. bassiana akan mengeluarkan racun yang disebut beauvericin yang menyebabkan terjadinya paralisis pada anggota tubuh serangga. Paralisis menyebabkan kehilangan koordinasi sistem gerak, sehingga gerakan serangga tidak teratur dan lamakelamaan melemah, kemudian berhenti sama sekali. Setelah lebih-kurang lima hari terjadi kelumpuhan total dan kematian(Novizan,2002).

Toksin juga menyebabkan kerusakan jaringan, terutama pada saluran pencernaan, otot, sistem syaraf, dan system pernafasan.  Serangga kemudian mati dan jamur B. bassiana akan terus melanjutkan pertumbuhan siklusnya dalam fase saprofitik. Setelah serangga inang mati, B. bassiana akan mengeluarkan antibiotik, yaitu Oosporein yang menekan populasi bakteri dalam perut serangga inang. Dengan demikian, pada akhirnya seluruh tubuh serangga inang akan penuh oleh propagul B. bassiana. Pada bagian lunak dari tubuh serangga inang, jamur ini akan menembus keluar dan menampakkan pertumbuhan hifa di bagian luar tubuh serangga inang yang biasa disebut “whitebloom”. Pertumbuhan hifa eksternal akan menghasilkan konidia yang bila telah masak akan disebarkan ke akan menghasilkan konidia yang bila telah masak akan disebarkan ke lingkungan dan menginfeksi serangga sasaran baru(Novizan,2002).

2. Kumbang Macan
Famili Cicindelidae, Ordo Coleoptera. Gerak-gerik kumbang macan giat dan cepat sekali. Ia dapat lari secepat kecoa. Ia dapat terbang meninggalkan permukaan daun dengan cepat sekali. Ia mempunyai hiasan dan warna cemerlang, seperti hijau kebiru-biruan berkilat. Matanya besar sekali untuk melihat mangsanya. Kumbang harimau merupakan predator yang kuat. Baik larva maupun dewasa menangkap mangsanya dengan taring besarnya, kemudian memakannya. Ia aktif berburu pada siang hari, melihat gerak-gerik mangsanya dengan mata yang besar dan indah, kemudian menangkapnya.  Telur diletakkan di seresah daun dan tanaman. Setelah menetas, larvanya membuat lubang di tanah. Kepala larva berbentuk rata sehingga larva dapat menyembunyikan diri di dalam lubang tanah dengan meratakan kepalanya dengan permukaan tanah disekitarnya. Serangga mangsa yang lewat tidak bisa melihatnya. Larva kumbang keluar menangkap mangsa dengan cepat. Bila mangsa mencoba mundur, larva dapat membuka semacam kait yang ada di belakang badannya jadi dia tidak bisa ditarik keluar dari lubangnya sehingga mangsanya tidak dapat melepaskan diri. Larva menjadi kepompong, dan akhirnya kumbang dewasa keluar(Pracaya,1993).

Kumbang kubah akan memangsa hama tanaman yang mempunyai alat gerak lambat seperti wereng  dan ulat. Kumbang kubah akan memangsa pada malam hari ketika hama tanaman beristirahat dan disitulah kumbang memakan mangsanya, dengan hal tersebut hama pada tanaman tertentu dapat berkurang dan relative stabil(Pracaya,1993).

3. Semut Rang-Rang
Semut rangrang adalah serangga eusosial (sosial sejati), dan kehidupan koloninya sangat tergantung pada keberadaan pohon (arboreal). Mereka membuat sarang yang terbuat dari lembar-lembar daun yang mula-mula saling direkatkan oleh semut-semut pekerja, kemudian diperkuat dengan sutra yang dikeluarkan oleh larvanya. Di dalam sarang dapat ditemukan ratu semut yang berwarna hijau muda kemerah-merahan, dan ribuan semut pekerja berukuran besar (disebut “maksima”) dan berukuran kecil “minima” (Nyoman,1998).

Pekerja maksima bertugas untuk mencari pakan, mempertahankan dan mengelola sarang, dan memperbesar koloni, sedangkan pekerja minima bertugas mengasuh semut-semut muda, dan sekaligus beternak serangga-serangga simbion, misalnya kutu perisai. Perilaku “beternak” ini sering mengkuatirkan petani, karena hal ini berarti juga memelihara “hama potensial” pada tanaman budidaya. Semut rangrang tidak mengumpulkan pakan di dalam sarangnya, tetapi mendapatkan pakan dengan cara “memerah” cairan manis dari kutu-kutuan atau larva kupu-kupu lycaenid, kemudian membagikannya pada larva di dalam sarang(Nyoman,1998).

Mekanisme semut rangrang dimulai dengan membuatkan sarang semut pada tanaman yang terdapat hama, setelah itu diberi zat pemikat hama dan hama akan mendekat pada sarang semut rang-rang,ketika hama memasuki wilayah kekuasaan semut rang-rang maka semut rang-rang akan memangsa hama tersebut karena sifat keagresifan dari semut itu sendiri(Nyoman,1998).

4.  Kumbang Kubah
Kumbang ini berukuran kecil: hanya 7-8 mm. Tetapi kumbang ini rakus makan beberapa jenis kutu. Bila tidak diusir oleh semut, kumbang kubah bisa dijumpai pada tempat di mana kutu-kutu berkumpul pada pohon kopi. Kalau menemukan kutu-kutu, kumbang kubah tetap di sana dan mulai makan. Setelah matahari terbit, kumbang dewasa mencari makanan(Natawigena,1990).

Kumbang kubah dipergunakan sebagai musuh alami. Pemilik rumah kaca sudah memakai kumbang kubah untuk mengendalikan kutu daun dan kutu kebul pada tanamannya.  Kumbang helm biasanya meletakkan telur pada bagian tanaman yang ada kutu-kutu. Kelompok sekitar 50 butir telur atau lebih diletakkan tidak beraturan, pada daun atau ranting. Larva setiap jenis kumbang helm berwarna berbeda, tapi mirip dengan dewasa. Kumbang hitam berbintik merah mempunyai larva abu-abu tua dengan tanda merah. Larva rakus. Ratusan kutu-kutu dimakan setiap hari. Kepompong menyerupai kumbang dewasa yang menetap pada tanaman. Kumbang dewasa mudah diketahui, bulat dan mengkilat seperti helm kecil(Natawigena,1990).

Kumbang kubah akan memangsa hama tanaman yang mempunyai alat gerak lambat seperti wereng  dan ulat. Kumbang kubah akan memangsa pada malam hari ketika hama tanaman beristirahat dan disitulah kumbang memakan mangsanya, dengan hal tersebut hama pada tanaman tertentu dapat berkurang dan relative stabil(Natawigena,1990).

5.  Charop sp.
Charops sp. merupakan jenis parasitoid yang tumbuh di daerah iklim tropis, Charop sp. dapat bertelur sampai dengan 50-80 butir dalam sekali masa bertelur. Setelah bertelur biasanya Charop sp. akan mati. Charop sp.merupakan serangga karnivora dan mempunyai prilaku yang merugikan bagi serangga lain(parasitoid) (Mardiningsih,2007).

Mekanisme Charop sp. dalam menekan popilasi hama adalah Charop sp. akan bertelur pada telur serangga atau badan serangga,ketika telur menetas larva Charop sp. akan menumpang hidup dan mengambil nutrisi dari inang, sehingga lama-kelamaan inang akan terganggu system metabolism dan mati,ketika Charop sp. akan melakukan tahapan menjadi pupa maka Charop sp. akan keluar dari inang dan menjadi pupa di permukaan kulit inang(Mardiningsih,2007).

6. Pupa Ulat
Pupa ulat merupakan hasil dari tahapan metarmofosis suatu larva  dan kemudian akan berubah menjadi imago dewasa. Larva ini akan mengalami kepompong selama kurang lebih 2 minggu. Selama menjadi kepompong larva ini memanfaatkan makanan yang diperoleh sebelum pemupaan. Pupa akan mencari makanan dan menyimpanya dibagian tubuhnya(Borror,1992).
Mekanisme dari pupa ini adalah ketika pupa ulat ini berubah menjadi imago dewasa pupa ini akan memakan telur dari serangga hama yang berada pada tanaman budidaya. Siklus ini akan terus berlangsung seperti ini tanpa berubah,kecuali terjadi mutasi gen dan keadaan cuaca/iklim yang tidak mendukung(Borror,1992).


6. Kepik Leher
Struktur mulutnya yang berbentuk seperti jarum.  Sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Bagian yang beruas dari proboscis itu adalah labium, yang bertindak sebagai suatu selubung bagi empat stilet penusuk (dua mandibel dan dua maksilae). Maksilae bersama-sama cocok di dalam proboscis membentuk dua saluran, sebuah saluran makanan dan sebuah saluran air liur(Nyoman,1998).

Tidak ada palpus, walaupun struktur kecil seperti bergelambir yang jelas pada proboscis dari beberapa kepik akuatik yangdiperkirakan beberapa ahli sebagai palpus.  Kepik tidak mengalami metamorfosis sempurna. Anakan serangga dari ordo Hemiptera yang baru menetas biasanya memiliki penampilan yang sama dengan induknya, namun ukuranya lebih kecil dan tidak besayap. Fase anakan ini dikenal dengan nama nimfa. Nimfa Hemiptera ini kemudian melakukan pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi dewasa tanpa melalui fase kepompong. Dengan kata lain melalui tahap : telur nimfa dewasa(Nyoman,1998).

Kepik  memangsa serangga-serangga kecil yang menjadi musuhnya(bahan makananya dengan cara mengintai terlebih dahulu,ketika serangga tersebut lengah kepik akan mendekati dan menerkamnya,setelah itu stilet akan menusuk Badan dari serangga lain yang menjadi mangsanya dan di hisapnya cairan tubuh hama serangga tersebut sehingga hama tersebut kehabisan cairan dan energy yang menyebabkan serangga tersebut mati(Nyoman,1998).

IV.  KESIMPULAN


Adapun kesimpulan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.  Pengendalian hayati memanfaatkan organisme lain dalam menekan populasi suatu hama,pengendalian ini tidak menimbulkan residu dan justru ramah lingkungan.
2.  Pada praktikum yang telah dilakukan kumbang macan, semut rang-rang dan kumbang kubah berperan sebagai predator dan Charop sp. berperan sebagai parasitoid.
3.  Jika jumlah predator seimbang dengan jumlah serangga hama secara rantai makanan maka semakin seimbang keadaan populasi hama tersebut dan tidak menyebabkan kerugian.
.

DAFTAR PUSTAKA


Borror, D.J., Charles A.T., & Norman, F.J.1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Mardiningsih,T. L. 2007. Potensi Cendawan Synnematium sp. Untuk Mengendalikan Wereng Pucuk Jambu Mete (Sannurus indecora Jacobi). Jurnal Litbang Pertanian, 26(4):146-151.

Natawigena. Hidayat. 1990. Pengendalian Hama Terpadu. Armico.Bandung.

Novizan.2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Nyoman. Ida. 1998. Pengendalian Hama Terpadu. UGM Press. Yogyakarta.

Pracaya.1993. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebas Swadaya. Jakarta.







































LAMPIRAN








No comments:

Post a Comment