PENGENALAN HAMA
TANAMAN DI LAPANGAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
(Laporan Praktikum Pengendalian Hama Tanaman)
Oleh
Nasrulloh Zein
Maksum
1414121162
Kelompok 8
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2016
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan manusia akan bahan pangan dan
hortikultura, maka pertanian tradisional di Indonesia mulai berkembang dan
lebih dipuerhatikan lagi perkembangannya. Tanaman pangan merupakan jenis–jenis
tanaman yang mengandung karbohidrat,yang merupakan sumber pangan bagi
manusia,sedangkan tanaman hortikultura merupakan tanaman sayur-sayuran dan
buah-buahan yang mengandung protein dan lainnya.
Pada bubidaya pertanian petani
sering menghadapi suatu masalah besar berupa gangguan hama dan
penyakit serta ketidakseimbangan hara. Beberapa serangan hama dan penyakit,
sering kali menampilkan keragaan yang serupa tapi tak sama dengan
ketidakseimbangan hara. Hama adalahorganisme yang
dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia.
Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini
paling sering dipakai hanya kepada hewan.
Dalam pertanian, hama adalah organisme
pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya
praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.
Hama dari jenis serangga dan
penyakit merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani yang selalu
mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian. Hama dan penyakit tersebut merusak bagian
suatu tanaman, sehingga tanaman akan layu dan bahkan mati Dalam kegiatan
pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama umum, siklus
hidup, dan karakteristik), inang yang diserang, gejala serangan, mekanisme
penyerangan
termasuk tipe alat makan serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting
agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian. Serangan
hama pada suatu tanaman akan menimbulkan gejala yang khas, hal ini terkait
dengan alat mulut serta perilaku yang dimiliki oleh masing-masing serangga yang
juga memiliki ciri khas tersendiri.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
jenis-jenis hama tanaman pangan dan hortikultura di sekitar kampus Universitas
Lampung.
2. Mengetahui
gejala-gejala kerusakan yang ditimbulkan hama tanaman pangan dan hortikultura.
II.
METODOLOGI
PRAKTIKUM
2.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada
tanggal 23 Maret 2016 di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian
Universitas Lampung, pada pukul 15.00 sampai dengan selesai.
2.2
Alat
dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah alat tulis berupa pensil atau pena, kertas, dan telepon
genggam. Sedangkan bahan yang digunakan adalah hama di sekitar Laboratorium
Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
2.3
Cara
Kerja
Adapun
cara kerja praktikum ini yaitu pertama-tama praktikan diberi penjelasan tentang
kegiatan praktikum. Selanjutnya dicari hama tanaman pada tanaman pangan dan
hortikultura. Setelah ketemu hama tersebut diamati kemudian ditulis nama hama,
musuh alami, tanaman yang diserang, dan tipe mulut hama. Langkah terakhir yaitu
hama yang ada di tanaman difoto.
III.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMABAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
3.1.1
Tabel
Hortikultura
No
|
Hama
|
Musuh
alami
|
Menyerang
tanaman
|
Tipe
mulut
|
1
|
Kutu
Bulu Putih
|
Kumbang
Kubah
|
Pepaya
|
Haustelata
|
2
|
Ulat
Pisang
|
|
Pisang
|
Mandibulata
|
3
|
Ulat Grayak
|
|
Terong
|
Mandibulata
|
4
|
Kepik
|
|
Kacang
Panjang
|
Mandibulata
|
5
|
Belalang
|
|
Mentimun
|
Mandibulata
|
3.1.2
Tabel
Pangan
No
|
Hama
|
Musuh
alami
|
Menyerang
tanaman
|
Tipe
mulut
|
1
|
Walang
Sangit
|
|
Jagung
|
Haustelata
|
2
|
Lalat
Buah
|
|
Jagung
|
Haustelata
|
3
|
Belalang
|
|
Jagung
|
Mandibulata
|
4
|
Keong
Emas
|
|
Padi
|
|
5
|
Kutu
Singkong
|
|
Singkong
|
Haustelata
|
3.2 Pembahasan
1. Tanaman
hortikultura
a. Kutu Bulu Putih (Paracoccus marginatus).
Klasifikasi :
·
Kerajaan : Animalia
·
Filum : Arthropoda
·
Kelas : Insecta
·
Ordo : Hemiptera
·
Superfamili : Coccoidea
·
Famili : Pseudococcidae
·
Spesies : Paracoccus
marginatus
Paracoccus
marginatus termasuk jenis kutu-kutuan yang seluruh tubuhnya diselimuti oleh
lapisan lilin berwarna putih. Tubuh berbentuk oval dengan embelan seperti
rambut-rambut berwarna putih dengan ukuran yang pendek. Hama ini terdiri dari
jantan dan betina, dan memiliki beberapa fase perkembangan yaitu: fase telur,
pradewasa (nimfa), dan imago. Kutu putih
memiliki tipe mulut menusuk menghisap (Haustelata) dan memasukkan bagian mulut
ke dalam jaringan tanaman dan menghisap cairan tumbuhan.
Pengendalian
·
Penggunaan musuh alami seperti
empat spesies Eretmocerus (Eretmocerus sp, Eretmocerus Mundus, Eretmocerus
hayati, dan Eretmocerus emiratus)
·
Pemanfaatan tanaman perangkap
·
Pelepasan pengatur pertumbuhan
serangga
·
Pelaksanaan Light-Emitting
Diode Dilengkapi CC perangkap (LED-CC).
·
Penerapan insektisida organic(Borror,1992).
b.
Ulat Pisang ( Erienota thrax )
Klasifikasi
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Hesperiidae
Gejala Serangan
Daun yang diserang ulat
biasanya digulung, sehingga menyerupai tabung dan apabila dibuka akan ditemukan
ulat di dalamnya. Ulat yang masih muda memotong tepi daun secara miring, lalu
digulung hingga membentuk tabung kecil. Di dalam gulungan tersebut ulat akan
memakan daun.
Apabila daun dalam gulungan
tersebut sudah habis, maka ulat akan pindah ke tempat lain dan membuat gulungan
yang lebih besar. Apabila terjadi serangan berat, daun bisa habis dan tinggal
pelepah daun yang penuh dengan gulungan daun.
Pengendalian
Cara mekanis
·
Daun
pisang yang tergulung diambil, kemudian ulat yang ada di dalamnya dimusnahkan
Cara biologi
·
Pemanfaatan
predator seperti burung gagak dan kutilang
·
Pemanfaatan
parasitoid telur (tabuhan Oencyrtus erionotae Ferr), parasitoid larva muda
(Cotesia (Apanteles) erionotae Wkl), dan parasitoid pupa (tabuhan Xanthopimpla
gampsara Kr.). Parasitoid lainnya: Agiommatus spp., Anastatus sp.. Brachymeria
sp., dan Pediobius erionatae((Pracaya,1993).
c.
Ulat Grayak (Spodoptera sp. Klasifikasi
Klasifikasi
Ulat Grayak
Kerajaan : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Bangsa : Lepidoptera
Suku : Noctuidae
Marga : Spodoptera
Jenis : Spodoptera litura, Spodoptera exigua, Spodoptera mauritia, dan Spodoptera exempta
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Bangsa : Lepidoptera
Suku : Noctuidae
Marga : Spodoptera
Jenis : Spodoptera litura, Spodoptera exigua, Spodoptera mauritia, dan Spodoptera exempta
Gejala Serangan Ulat Grayak
Gejala serangan ditandai
dengan daun tanaman meranggas, biasanya hanya tersisa tulang daunnya saja. Pada
serangan parah, tanaman akan gundul kehabisan daun. Jika populasinya sangat
tinggi, larva pada stadium akhir dapat menghabisi seluruh daun tanaman hanya
dalam waktu semalam.
Pengendalian Ulat Grayak
(Spodoptera sp.)
Pengendalian Secara Teknis
Pengendalian dilakukan dengan
melakukan teknis budidaya yang benar. Beberapa upaya teknis untuk mengurangi serangan
ulat grayak adalah menjaga sanitasi kebun, pengolahan tanah (pencangkulan dan
penggaruan), penggiliran tanaman.
Pengendalian Mekanis
Lakan penangkapan secara
manual, terutama terhadap larva. Pengendalian ini efektif dilakukan pada malam
hari. Jika ditemukan sekumpulan telur yang berada di permukaan daun dan
diselimuti seperti benang kelamat, segera musnahkan.
Pengendalian Secara biologi
Pengendalian ini pada initinya
menitikberatkan pada pemanfaatan musuh alaminya. Terdapat beberapa musuh alami
ulat grayak baik dari jenis predator, parasitoid, maupun patogen. Beberapa
jenis predator yang bisa dimanfaatkan untuk menekan populasi ulat grayak antara
lain Lycosa pseudoannnulata (Araceae), Paederus fuscipes (Coleoptera),
Euburellia stali (Dermaptera), dan Eocantheocona furcellata (Hemiptera).
Sementara itu, jenis parasitoid yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan
ulat grayak adalah Apanteles sp. (Hymenoptera), dan Telenomus sp.
(Hymenoptera). Sedangkan patogen yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan
ulat grayak adalah SlNPV dan Beauveria bassiana.
Pengendalian Kimiawi
Upaya pengendalian kimiawi
hanya dilakukan apabila serangan tidak terkendali setelah dilakukan upaya-upaya
pengendalian di atas. Ulat grayak tergolong jenis ulat yang mudah resisten atau
kebal terhadap suatu jenis bahan aktif pestisida. Oleh karena itu, penggiliran
bahan aktif pestisida setiap kali penyemprotan merupakan kunci keberhasilan
pengendalian Spodoptera sp. Penggantian bahan aktif dapat memutus resistensi
ulat grayak terhadap pestisida. Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos,
klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai
petunjuk yang tertera pada kemasan dan dilakukan secara berseling setiap kali
penyemprotan(Borror,1992).
d.
Kepik
Hijau (Nezara
viridula)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia (Hewan)
Filum : Arthropoda (arthropoda)
Kelas : Insecta (Serangga)
Order : Hemiptera
Subordo : Heteroptera
Family : Pentatomidae
Subfamily : Pentatominae
Genus : Nezara
Species : Nezara viridula
Gejala
Gejala
serangan hama kepik hijau menyerang Polong dan biji menjadi mengempis, polong
gugur, biji menjadi busuk, hingga berwarna hitam. Kulit biji menjadi keriput
dan adanya bercak coklat pada kulit biji. Periode kritis tanaman terhadap
serangan penghisap polong ini adalah pada stadia pengisian biji. Nimfa dan
imago merusak polong dan biji kedelai dengan cara mengisap cairan biji.
Serangan yang terjadi pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji
menyebabkan polong dan biji kempis, kemudian mengering. Serangan terhadap
polong muda menyebabkan biji kempis dan seringkali polong gugur. Serangan yang
terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji((Natawigena,1990).
e.
Hama belalang cokelat (Melanoplus differentialis
)
Hama ini termasuk ke dalam famili
grasshopper dan masuk dalam ordo orthoptera
dengan tipe mulut mandibulata. Gejala yang nampak adalah bolong-bolong pada
daun akibat dimakan oleh belalang cokelat tersebut. Cara pengendalian dapat
dilakukan dengan cara mekanis, secara kimiawi misalnya menyemprotkan phosdrin,
diazinon, basudin, dan insektisida lainnya, secara biologis dilakukan dengan
merawat kumbang endol yang lawanya sebagai parasite telur belalang(Pracaya,1993.)
II.
Tanaman pangan
a.
Walang sangit (L. acuta)
Klasifikasi
· Phylum : Arthropoda
· Kelas : Insecta
· Ordo : Hemiptera
· Famili : Alydidae
· Genus : Leptocorixa
· Spesies : Acuta
Pengendalian
Pengendalian Secara Kultur
Teknik
Sampai sekarang belum ada
varietas padi yang tahan terhadap hama walang sangit. Berdasarkan cara hidup
walang sangit, tanam serempak dalam satu hamparan merupakan cara pengendalian
yang sangat dianjurkan. Setelah ada tanaman padi berbunga walang sangit akan
segera pindah dari rumput-rumputan atau tanaman sekitar sawah ke pertanaman
padi yang pertama kali berbunga. Sehingga jika pertanaman tidak serempak
pertanaman yang berbunga paling awal akan diserang lebih dahulu dan tempat
berkembang biak . Pertanaman yang paling lambat tanam akan mendapatkan serangan
yang relatif lebih berat karena walang sangit sudah berkembang biak pada
pertanaman yang berbunga lebih dahulu. Dianjurkan beda tanam dalam satu
hamparan tidak lebih dari 2,5 bulan.
Plot-plot kecil ditanam lebih
awal dari pertanaman sekitarnya dapat digunakan sebagai tanaman perangkap.
Setelah tanaman perangkap berbunga walang sangit akan tertarik pada plot
tanaman perangkan dan dilakukan pemberantasan sehingga pertanaman utama relatif
berkurang populasi walang sangitnya.
Pengendalian Secara Biologi
Potensi agens hayati
pengendali hama walang sangit masih sangat sedikit diteliti. Beberapa
penelitian telah dilakukan terutama pemanfaatan parasitoid dan jamur masih
skala rumah kasa atau semi lapang. Parasitoid yang mulai diteliti adalah O.
malayensis sedangkan jenis jamurnya adalan Beauveria sp dan Metharizum sp.
Pengendalian Dengan
Menggunakan Perilaku Serangga
Walang sangit tertarik oleh
senyawa (bebauan) yang dikandung tanaman Lycopodium sp dan Ceratophylum sp. Hal
ini dapat dimanfaatkan untuk menarik hama walang sangit dan kemudian secara
fisik dimatikan. Bau bangkai binatang terutama bangkai kepiting juga efektif untuk
menarik hama walang sangit.
Pengendalian Kimiawi
Pengendalian kimiawi dilakukan
pada padi setelah berbunga sampai masak susu, ambang kendali untuk walang
sangit adalah enam ekor /m2. Banyak insektisida yang cukup efektif terutama
yang berbentuk cair atau tepung sedangkan yang berbentuk granula tidak dapat
dianjurkan untuk mengendalikan walang sangit. Insektida anjuran untuk tanaman
padi yang cukup efektif terhadap walang sangit adalah yang berbahan aktif
fipronil, metolkarb, propoksur, BPMC dan MIPC(Natawigena,1990).
b.
Lalat
Buah(Batrocera sp.)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia,
Phylum : Arthropoda,
Kelas : Insecta,
Ordo : Diptera,
Famili : Tephritidae,
Genus : Batrocera,
Spesies : Batrocera sp.
Gejala
Hama ini menyerang pada fase
larva. Batang menjadi bisul. buah yang terserang kecil dan warnanya kuning.
Serangan berat buah menjadi busuk. Gejala awal pada permukaan kulit buah
ditandai dengan adanya noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur)
lalat betina saat meletakkan telurnya ke dalam buah. Selanjutnya akibat
gangguan larva yang menetas dari telur di dalam buah, maka noda-noda tersebut
berkembang menjadi bercak coklat di sekitar titik tersebut. Larva memakan
daging buah, dan akhirnya buah menjadi busuk dan gugur sebelum matang.
Pengendalian
Cara Kultur Teknis
- Pencacahan tanah di bawah
tajuk pohon yang agak dalam dan merata agar pupa yang terdapat di dalam tanah
akan terkena sinar matahari dan akhirnya mati.
- Pembungkusan buah saat masih
muda dengan kantong plastik, kertas semen, kertas koran, atau daun pisang.
Cara Fisik/Mekanis
- Mengumpulkan buah yang
terserang baik yang masih berada pada pohon maupun yang gugur, kemudian dibakar
atau dibenamkan 60 – 70 cm dalam tanah agar larvanya terbunuh.
- Pengasapan di sekitar pohon
dengan membakar serasah/jerami sampai menjadi bara yang cukup besar untuk
mengusir lalat. Pengasapan dilakukan 3 – 4 hari sekali dimulai pada saat
pembentukan buah dan diakhiri 1 –2 minggu sebelum panen.
Cara Biologi
- Penggunaan perangkap yang
diberi umpan atau atraktan (misalnya Methyl Eugenol)
- Menurunkan populasi lalat
dengan melepas serangga jantan mandul (steril) dalam jumlah yang banyak, agar
kemungkinan berhasilnya perkawinan dengan lalat fertile di lapang menjadi
berkurang.
- Pemanfaatan musuh alami
antara lain Biosteres sp., Opius sp., (Braconidae), semut (Formicidae),
laba-laba (Arachnidae), kumbang (Staphylinidae) dan cocopet (Dermaptera).
- Penanaman tanaman selasih di
sekitar kebun.
Cara Kimiawi
- Dilakukan apabila dijumpai
lalat buah dalam perangkap dan diulang setiap 4–7 hari sampai populasi turun
- Pemberian umpan semprot
(bait spray), yaitu umpan protein yang mengandung ammonia dicampur dengan
insektisida khlorfirifos atau malation (Mardiningsih,2007).
c.
Hama belalang cokelat
(Melanoplus differentialis
)
Hama ini termasuk ke dalam famili
grasshopper dan masuk dalam ordo orthoptera
dengan tipe mulut mandibulata. Gejala yang nampak adalah bolong-bolong pada
daun akibat dimakan oleh belalang cokelat tersebut. Cara pengendalian dapat
dilakukan dengan cara mekanis, secara kimiawi misalnya menyemprotkan phosdrin,
diazinon, basudin, dan insektisida lainnya, secara biologis dilakukan dengan
merawat kumbang endol yang lawanya sebagai parasite telur belalang(Novizan,2002).
d.
Keong Emas(Pomacea
canaliculata)
Kingdom
: Animalia
Filum
: Moluska
Kelas
: Gastropoda
Ordo
: Mesogastropoda
Famili
: Ampullariidae
Genus
: Pomacea
Spesies
: Pomacea canaliculata
Pengendalian
·
Mengumpulkan telur dan
keong mas
·
Memasang penghalang plastik pada persemaian
·
Melakukan penyulaman
tanam
·
Memasang tongkat/kayu
pada anaman padi
·
Membuatparit-parit
disekitar persawahan
·
Melepasbebek
·
Memasang saringan pada
saluran masuk
·
Memasang umpan
·
Denganpolatanam
·
Pengendalian dengan
pestisi dan abati
·
Pengendalian kimia (Nyoman. 1998).
e.
Hama Kutu singkong (Phenacoccus manihoti)
Termasuk ke dalam famili
pseudococcidae berordo hemiptera dengan tipe mulut haustelata. Gejala yang
diakibatkan yaitu ketidaknormalan daun dan tunas, daun menguning dan keriput,
mati pucuk, melemahnya batang sehingga tidak dapat digunakan untuk bibit,
memendeknya ruas batang. Pengendaliannya dengan cara menanam varieras tahan (
resisten ), eradikasi dengan memotong bagian tanaman yang terserang,
menggunakan petisida dan pengendalian hayati(Direktorat,2001).
IV.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Beberapa jenis hama
tanaman hortikultura di sekitar kampus universitas lampung yaitu berordo
hemiptera, lepidoptera, orthoptera, dan homoptera.
2. Gejala yang sering
ditimbulkan pada tanaman
hortikultura adalah bekas gigitan mandibulata sedangkan pada tanaman pangan
adalah haustelata.
DAFTAR PUSTAKA
Borror, D.J., Charles
A.T., & Norman, F.J.1992. Pengenalan
Pelajaran Serangga. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Direktorat Perlindungan
Perkebunan, Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan, Departemen pertanian.
2001. Musuh Alami, Hama dan Penyakit
Tanaman Jambu Mete. Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat,
Jakarta.
Mardiningsih,T. L. 2007.
Potensi Cendawan Synnematium sp. Untuk
Mengendalikan Wereng Pucuk Jambu Mete (Sannurus indecora Jacobi).
Jurnal Litbang Pertanian, 26(4):146-151.
Natawigena. Hidayat. 1990. Pengendalian Hama Terpadu. Armico.Bandung.
Novizan.2002. Membuat
dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Nyoman. Ida. 1998. Pengendalian Hama Terpadu. UGM Press.
Yogyakarta.
Pracaya.1993. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebas Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN
No comments:
Post a Comment