Tuesday 27 September 2016

Laporan PENGARUH PEMBERIAN PESTISIDA NABATI(Kaempferia galangan L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotricum musae SECARA INVITRO



PENGARUH PEMBERIAN PESTISIDA NABATI(Kaempferia galangan L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotricum musae SECARA INVITRO
 (Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tanaman)






Oleh

Nasrulloh Zein Maksum
1414121162
Kelompok 5








http://staff.unila.ac.id/janter/files/2012/05/logo-unila-bw.jpg






LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I.  PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

Dalam membudidayakan tanaman tidak terlepas dari hama dan penyakit yang menyerang tanaman tersebut.  Hama dan penyakit yang menyerang tanaman berbeda-beda sesuai dengan jenis dan varietas dari tanaman yang ditanam.  Untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang biasanya menggunakan pestisida.  Pestisida adalah semua bahan yang dapat mempengaruhi kehidupan organisme kehidupan mikroorganisme, atau pestisida adalah semua bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. 

Berbagai metode telah digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman, yaitu meliputi pemberlakuan peraturan yang membatasi penyebaran bahan tanaman yang terinfeksi hama dan penyakit dari satu daerah ke daerah lain, penggunaan praktik-praktik budidaya yang dapat menghindarkan tanaman dari hama dan penyakit maupun mengurangi jumlah inokulum patogen, penanaman cultivar tahan, dan penggunaan senyawa kimia untuk menyelamatkan tanaman dari hama dan penyakit.  Keempat metode di atas merupakan aplikasi dari empat prinsip pengendalian hama dan penyakit tanaman, yaitu eksklusi, eradikasi, resistensi, dan proteksi(Sumartini,2010.)

Diantara beberapa kelompok patogen, cendawan diketahui sebagai kelompok patogen yang paling banyak menginfeksi dan menyebabkan hama dan penyakit pada tanaman yang dibudidayakan.  Hal inilah yang menyebabkan kelompok fungisida menjadi lebih dikenal dibandingkan dengan kelompok bakterisida maupun nematosida.  Dalam percobaan kali ini ingin melihat pengaruh fungisida

dalam pertumbuhan patogen..  Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (Martoredjo,1989).

Pestisida atau bahan pembasmi serangga dan penyskit kini digunakan secara luas oleh masyarakat petani. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, juga merupakan racun yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Karena itu perlu ditangani dengan baik dan hati-hati. Pestisida yang biasa kita dapat di pasar adalah dalam bentuk cair, tepung atau butiran. Ketiganya sama berbahayanya bagi kesehatan. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, pernapasan, mulut, dan mata(Tjahjadi,1989).


1.2  Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.  Mengetahui pengaruh pestisida nabati terhadap pertumbuhan jamur Colletotricum musae secara invitro
2.  Mengetahui fungsi dari Kaempferia galangan L.

II.  METODOLOGI PERCOBAAN


2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah , jarum ose,cawan petri,  bunsen, bor gabus, Laminar Air Flow (LAF), dan plastik wrap.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biakan Colletotrichum musae, pestisida nabati Kaempferia galanga L, dan alkohol.


2.2  Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.  Media 30 ml dengan 0,042 asam laktat disiapkan terlebih dahulu dan ditambahkan pestisida nabati (Kaempferia galanga L) pada konsentrasi 0%, 5%, dan 10%.
2.  Biakan murni Colletotrichum musae yang akan diisolasi disiapkan pada meja praktikum.
3. Alat dan bahan yang diperlukan dibawa ke dalam Laminar Air Flow (LAF) kemudian bunsen dinyalakan.
4.  Cawan berisi biakan murni Colletotrichum musae, cawan tersebut dipanaskan bagian tepi-tepinya supaya steril, selanjutnya diambil jarum ose yang telah disterilkan dan digunakan untuk mengambil biakan yang telah dibor dengan menggunakan bor gabus.
5.  Media diambil pada salah satu konsentrasi dan biakan Colletotrichum musae diletakkan di bagian tengah media tersebut, kemudian tepi cawan tersebut

ditutup dengan plastik wrap.
6.  Metode yang sama dilakukan pada tiap media dengan konsentrasi pestisida nabati yang telah dibuat.
7.  Pengaruh perkembangannya diamati.



IV.  KESIMPULAN


Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.  Pemberian konsentrasi Kampferia galanga L. yang berbeda  akan menimbulkan jumlah pertumbuhan C. musae  berbeda pula, semakin tinggi konsentrasi maka akan semakin sedikit pertumbuhan C. musae.
2.  Fungsi dari pestisida nabati adalah sebagai bahan kimia organik pembunuh hama dan penyakit pada tanaman.
3.  Tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati yaitu mimba, akar tuba, kecubung, gadung, kluwak, tembakau, cabe rawit, daun pepaya, biji jarak, daun sirsak, pacar cina, dan daun sirih hutan.
4.  Keunggulan dari pestisida nabati adalah murah, mudah dibuat, ramah lingkungan, dan memberikan produk pertanian yang sehat.
5.  Kekurangan pestisida nabati diantaranya daya kerjanya lambat, tidak langsung membunuh hama dan penyakit, dan tidak tahan dengan matahari.



DAFTAR PUSTAKA


Martoredjo, T, 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian Dari Perlindungan Tanaman. Andi Offset.Yogyakarta.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Sinaga, Meity Suradji. 2006. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sumartini,2010. Penyakit karat daun kopi.Balai penelitian kacang-kacangan. Malang.

Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman.Kanisius.Palembang.













LAMPIRAN



III.  HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1  Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pengamatan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Perlakuan
Konsentrasi
Diameter
4-12-2015
7-12-2015
8-12-2015
U1
U2
U1
U2
U1
U2
0%
0,55
0,35
1,15
0,4
2,1
0,4
5%
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
10%
0,3
0,25
0,3
0,3
0,3
0,3
Total
1,15
0,9
1,75
1,1
2,7
1,1
Rerata
0,38
0,3
0,58
0,37
0,9
0,37


3.2  Pembahasan

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuh-timbuhan. Pestisida nabati memiliki cara kerja yang unik baik secara tunggal maupun perpaduan berbagai cara. Pestisida nabati tidak selalu mematikan hama, namun dapat bekerja sebagai pengusir atau perangkap hama sasaran. Pestisida nabati juga memiliki efek menghambat perkembangan hama melalui saluran cerna, kegagalan perkembangan, dan kegagalan reproduksi. Contohnya adalah  daun mimba yang mempunyai bahan aktif Azadirachtin, milentriol, salannin untuk mengendalikan ham dan penyakit Ulat, hama penghisap, nematoda, jamur. Selain itu, ada bawang putih,tembakau,pepaya, dan sirsak(Sinaga,2006).

Adapun kelebihan pestisida nabati adalah sebagai berikut:
·      Teknologi pembuatannya lebih mudah dan murah, sehingga memungkinkan untuk dibuat sendiri dalam skala rumah tangga.
·      Pestisida nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun terhadap makhluk hidup, sehingga, relatif aman untuk digunakan.
·      Tidak beresiko menimbulkan keracunan pada tanaman, sehingga, tanaman yang diaplikasikan pestisida nabati jauh lebih sehat dan aman dari pencemaran zat kimia berbahaya.
·      Tidak menimbulkan resistensi (kekebalan) pada hama. Dalam artian pestisida nabati aman bagi keseimbangan ekosistem.
·      Hasil petanian yang dihasilkan lebih sehat serta terbebas dari residu pestisida kimiawi(Semangun,1996).

Sedangkan kelemahan pestisida nabati adalah sebagai berikut:
·      Daya kerja pestisida nabati lebih lambat, tidak bisa terlihat dalam jangka waktu yang cepat.
·      Pada umumnya tidak membunuh langsung hama sasaran, akan tetapi hanya bersifat mengusir dan menyebabkan hama menjadi tidak berminat mendekati tanaman budidaya.
·      Mudah rusak dan tidak tahan terhadap sinar matahari.
·      Daya simpan relatif pendek, artinya pestisida nabati harus segera digunakan setelah proses produksi. Hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi petani untuk mendapatkan pestisida nabati instan ataupun untuk memproduksi pestisida nabati untuk tujuan komersil.
·      Perlu dilakukan penyemprotan yang berulang-ulang. Hal ini dari sisi ekonomi tentu saja tidak efektif dan efisien(Martoredjo,1989).

Telah dilakukan praktikum percobaan tentang pengaruh pemberian pestisida nabati (Kaempferia galanga L.) terhadap pertumbuhan jamur Colletotricum musae. Setelah itu dilakukan pengamatan pada hari Jum’at,Senin dan Selasa, yaitu  pada tanggal 4,7 dan 8 Desember 2015. Dari data tabel di atas didapat bahwa pada pengamatan pertama pada hari jumat, semua jamur sudah mulai tumbuh dari masing-masing perlakuan (0%, 5% d  10%). Pertumbuhan jamur dengan diameter paling besar yaitu pada perlakuan 0% yakni 0,55 untuk ulangan 1 sedangkan untuk ulangan 0,35. Pengamatan kedua pada hari senin terlihat bahwa pada perlakuan 0%  ulangan ke 1 diameternya naik menjadi 1,15 dan ulangan ke 2 menjadi 0,4. Untuk perlakuan yang 5% dan 10% tidak ada perubahan pertumbuhan diameter kecuali pada ulangan 2 perlakuan 10% yang awalnya 0,25 menjadi 0,3. Pada pengamatan terakhir, perlakuan 0% meningkat menjadi 2,1 pada ulangan 1 dan pada ulangan 2 tidak terjadi perubahan, sedangkan untuk perlakuan 5% dan 10% tidak mengalami perubahan sama sekali. Pada praktikum ini tidak ditemukan terjadinya kontaminan,hal ini didasarkan karena hasil pengamatan tidak ada yang menunjukan jika spesimen menunjukan perbedaan warna dari spesimen lain.



04/12/2015

1449571818785.jpg

Kontrol 1
08/12/2015

IMG_20151208_113300.jpg

Kontrol 1
04/12/2015

2.jpg

Kontrol 2
08/12/2015

2.jpg

Kontrol 2
04/12/2015

3.jpg

Kontrol 3
08/12/2015

3.jpg

Kontrol 3
04/12/2015

4.jpg

Kontrol 4
08/12/2015

4.jpg

Kontrol 4
04/12/2015

1449571859514.jpg

Kontrol 5
08/12/2015

5.jpg

Kontrol 5
04/12/2015

6.jpg

Kontrol 6
08/12/2015

6.jpg

Kontrol 6


No comments:

Post a Comment