PENGARUH PEMBERIAN
PESTISIDA NABATI(Kaempferia galangan L)
TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotricum
musae
SECARA INVITRO
(Laporan
Praktikum Bioekologi Penyakit Tanaman)
Oleh
Nasrulloh Zein Maksum
1414121162
Kelompok 5
LABORATORIUM HAMA
DAN PENYAKIT TANAMAN
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam
membudidayakan tanaman tidak terlepas dari hama dan penyakit yang menyerang
tanaman tersebut. Hama dan penyakit yang
menyerang tanaman berbeda-beda sesuai dengan jenis dan varietas dari tanaman
yang ditanam. Untuk mengendalikan hama
dan penyakit yang menyerang biasanya menggunakan pestisida. Pestisida adalah semua bahan yang dapat
mempengaruhi kehidupan organisme kehidupan mikroorganisme, atau pestisida
adalah semua bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad hidup yang
mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk
kesejahteraan hidupnya.
Berbagai
metode telah digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman, yaitu
meliputi pemberlakuan peraturan yang membatasi penyebaran bahan tanaman yang
terinfeksi hama dan penyakit dari satu daerah ke daerah lain, penggunaan
praktik-praktik budidaya yang dapat menghindarkan tanaman dari hama dan
penyakit maupun mengurangi jumlah inokulum patogen, penanaman cultivar tahan,
dan penggunaan senyawa kimia untuk menyelamatkan tanaman dari hama dan
penyakit. Keempat metode di atas
merupakan aplikasi dari empat prinsip pengendalian hama dan penyakit tanaman,
yaitu eksklusi, eradikasi, resistensi, dan proteksi(Sumartini,2010.)
Diantara
beberapa kelompok patogen, cendawan diketahui sebagai kelompok patogen yang
paling banyak menginfeksi dan menyebabkan hama dan penyakit pada tanaman yang
dibudidayakan. Hal inilah yang
menyebabkan kelompok fungisida menjadi lebih dikenal dibandingkan dengan
kelompok bakterisida maupun nematosida.
Dalam percobaan kali ini ingin melihat pengaruh fungisida
dalam
pertumbuhan patogen.. Fungisida adalah
zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (Martoredjo,1989).
Pestisida
atau bahan pembasmi serangga dan penyskit kini digunakan secara luas oleh
masyarakat petani. Pestisida, selain merupakan alat pembasmi serangga, juga
merupakan racun yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Karena itu perlu
ditangani dengan baik dan hati-hati. Pestisida yang biasa kita dapat di pasar
adalah dalam bentuk cair, tepung atau butiran. Ketiganya sama berbahayanya bagi
kesehatan. Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit, pernapasan,
mulut, dan mata(Tjahjadi,1989).
1.2 Tujuan Percobaan
Adapun
tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh pestisida nabati terhadap
pertumbuhan jamur Colletotricum musae secara
invitro
2. Mengetahui fungsi dari Kaempferia galangan L.
II. METODOLOGI PERCOBAAN
2.1
Alat dan Bahan
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah , jarum ose,cawan petri, bunsen, bor gabus, Laminar Air Flow (LAF), dan
plastik wrap.
Adapun
bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biakan Colletotrichum musae, pestisida nabati Kaempferia galanga L, dan alkohol.
2.2 Cara Kerja
Adapun
cara kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Media 30 ml dengan 0,042 asam laktat
disiapkan terlebih dahulu dan ditambahkan pestisida nabati (Kaempferia galanga
L) pada konsentrasi 0%, 5%, dan 10%.
2. Biakan murni Colletotrichum musae yang akan
diisolasi disiapkan pada meja praktikum.
3.
Alat dan bahan yang diperlukan dibawa ke dalam Laminar Air Flow (LAF) kemudian
bunsen dinyalakan.
4. Cawan berisi biakan murni Colletotrichum musae, cawan tersebut
dipanaskan bagian tepi-tepinya supaya steril, selanjutnya diambil jarum ose
yang telah disterilkan dan digunakan untuk mengambil biakan yang telah dibor
dengan menggunakan bor gabus.
5. Media diambil pada salah satu konsentrasi dan
biakan Colletotrichum musae
diletakkan di bagian tengah media tersebut, kemudian tepi cawan tersebut
ditutup
dengan plastik wrap.
6. Metode yang sama dilakukan pada tiap media
dengan konsentrasi pestisida nabati yang telah dibuat.
7. Pengaruh perkembangannya diamati.
IV. KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.
Pemberian konsentrasi Kampferia galanga L. yang berbeda akan menimbulkan jumlah pertumbuhan C. musae berbeda pula, semakin tinggi konsentrasi maka
akan semakin sedikit pertumbuhan C.
musae.
2.
Fungsi dari pestisida nabati adalah sebagai bahan
kimia organik pembunuh hama dan penyakit pada tanaman.
3. Tanaman yang dapat digunakan sebagai
pestisida nabati yaitu mimba, akar tuba, kecubung, gadung, kluwak, tembakau,
cabe rawit, daun pepaya, biji jarak, daun sirsak, pacar cina, dan daun sirih
hutan.
4. Keunggulan dari pestisida nabati adalah
murah, mudah dibuat, ramah lingkungan, dan memberikan produk pertanian yang
sehat.
5. Kekurangan pestisida nabati diantaranya daya
kerjanya lambat, tidak langsung membunuh hama dan penyakit, dan tidak tahan
dengan matahari.
DAFTAR
PUSTAKA
Martoredjo, T, 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian Dari
Perlindungan Tanaman. Andi Offset.Yogyakarta.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu
Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Sinaga, Meity
Suradji. 2006. Ilmu Penyakit Tumbuhan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumartini,2010. Penyakit karat daun kopi.Balai penelitian
kacang-kacangan. Malang.
Tjahjadi, Nur.
1989. Hama dan Penyakit Tanaman.Kanisius.Palembang.
LAMPIRAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Adapun
hasil pengamatan pengamatan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
Perlakuan
Konsentrasi
|
Diameter
|
|||||
4-12-2015
|
7-12-2015
|
8-12-2015
|
||||
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
|
0%
|
0,55
|
0,35
|
1,15
|
0,4
|
2,1
|
0,4
|
5%
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
10%
|
0,3
|
0,25
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
0,3
|
Total
|
1,15
|
0,9
|
1,75
|
1,1
|
2,7
|
1,1
|
Rerata
|
0,38
|
0,3
|
0,58
|
0,37
|
0,9
|
0,37
|
3.2 Pembahasan
Pestisida
nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuh-timbuhan.
Pestisida nabati memiliki cara kerja yang unik baik secara tunggal maupun
perpaduan berbagai cara. Pestisida nabati tidak selalu mematikan hama, namun
dapat bekerja sebagai pengusir atau perangkap hama sasaran. Pestisida nabati
juga memiliki efek menghambat perkembangan hama melalui saluran cerna,
kegagalan perkembangan, dan kegagalan reproduksi. Contohnya adalah daun mimba yang mempunyai bahan aktif Azadirachtin, milentriol, salannin untuk
mengendalikan ham dan penyakit Ulat, hama penghisap, nematoda, jamur. Selain
itu, ada bawang putih,tembakau,pepaya, dan sirsak(Sinaga,2006).
Adapun
kelebihan pestisida nabati adalah sebagai berikut:
· Teknologi
pembuatannya lebih mudah dan murah, sehingga memungkinkan untuk dibuat sendiri
dalam skala rumah tangga.
· Pestisida
nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun terhadap makhluk
hidup, sehingga, relatif aman untuk digunakan.
· Tidak
beresiko menimbulkan keracunan pada tanaman, sehingga, tanaman yang
diaplikasikan pestisida nabati jauh lebih sehat dan aman dari pencemaran zat
kimia berbahaya.
· Tidak
menimbulkan resistensi (kekebalan) pada hama. Dalam artian pestisida nabati
aman bagi keseimbangan ekosistem.
· Hasil
petanian yang dihasilkan lebih sehat serta terbebas dari residu pestisida
kimiawi(Semangun,1996).
Sedangkan
kelemahan pestisida nabati adalah sebagai berikut:
· Daya
kerja pestisida nabati lebih lambat, tidak bisa terlihat dalam jangka waktu
yang cepat.
· Pada
umumnya tidak membunuh langsung hama sasaran, akan tetapi hanya bersifat
mengusir dan menyebabkan hama menjadi tidak berminat mendekati tanaman
budidaya.
· Mudah
rusak dan tidak tahan terhadap sinar matahari.
· Daya
simpan relatif pendek, artinya pestisida nabati harus segera digunakan setelah
proses produksi. Hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi petani untuk
mendapatkan pestisida nabati instan ataupun untuk memproduksi pestisida nabati
untuk tujuan komersil.
· Perlu
dilakukan penyemprotan yang berulang-ulang. Hal ini dari sisi ekonomi tentu
saja tidak efektif dan efisien(Martoredjo,1989).
Telah
dilakukan praktikum percobaan tentang pengaruh pemberian pestisida nabati (Kaempferia galanga L.) terhadap
pertumbuhan jamur Colletotricum musae. Setelah
itu dilakukan pengamatan pada hari Jum’at,Senin dan Selasa, yaitu pada tanggal 4,7 dan 8 Desember 2015. Dari
data tabel di atas didapat bahwa pada pengamatan pertama pada hari jumat, semua
jamur sudah mulai tumbuh dari masing-masing perlakuan (0%, 5% d 10%). Pertumbuhan jamur dengan diameter paling
besar yaitu pada perlakuan 0% yakni 0,55 untuk ulangan 1 sedangkan untuk
ulangan 0,35. Pengamatan kedua pada hari senin terlihat bahwa pada perlakuan
0% ulangan ke 1 diameternya naik menjadi
1,15 dan ulangan ke 2 menjadi 0,4. Untuk perlakuan yang 5% dan 10% tidak ada
perubahan pertumbuhan diameter kecuali pada ulangan 2 perlakuan 10% yang
awalnya 0,25 menjadi 0,3. Pada pengamatan terakhir, perlakuan 0% meningkat
menjadi 2,1 pada ulangan 1 dan pada ulangan 2 tidak terjadi perubahan,
sedangkan untuk perlakuan 5% dan 10% tidak mengalami perubahan sama sekali. Pada
praktikum ini tidak ditemukan terjadinya kontaminan,hal ini didasarkan karena
hasil pengamatan tidak ada yang menunjukan jika spesimen menunjukan perbedaan
warna dari spesimen lain.
04/12/2015
Kontrol 1
|
08/12/2015
Kontrol 1
|
04/12/2015
Kontrol 2
|
08/12/2015
Kontrol 2
|
04/12/2015
Kontrol 3
|
08/12/2015
Kontrol 3
|
04/12/2015
Kontrol 4
|
08/12/2015
Kontrol 4
|
04/12/2015
Kontrol 5
|
08/12/2015
Kontrol 5
|
04/12/2015
Kontrol 6
|
08/12/2015
Kontrol 6
|
No comments:
Post a Comment