PENGENALAN MUSUH
ALAMI
(Laporan Praktikum
Bioekologi Hama Tanaman)
Oleh
Nasrulloh Zein Maksum
1414121162
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hama berhubungan erat dengan kepentingan
ekonomi manusia. Hama dapat didefinisikan sebagai binatang yang merusak tanaman
sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi karena menurunkan produksi tanaman baik
kualitas maupun kuantitas. Dengan demikian tidak semua binatang dapat berstatus
sebagai hama .
Hama adalah suatu penyebab kerusakan pada
tanaman yang dapat dilihat dengan pancaindera (mata). Hama tersebut dapat
berupa binatang. Hama dapat merusak tanaman secara langsung maupun tak
langsung. Hama yang merusak tanaman secara langsung dapat dilihat bekasnya pada
tanaman yang diserang, misalnya gerekan dan gigitan. Sedangkan hama yang
merusak tanaman secara tidak langsung biasanya melalui penyakit.
Hama menjadi masalah karena merusak tanaman
dengan cara makan, bertelur, berkepompong, berlindung, atau bersarang
tergantung spesiesnya. Hama melukai tanaman, menyebabkan kerusakan, mengurangi
hasil panen, mengurangi pendapatan petani, dan akhirnya mengurangi
kesejahteraan masyarakat. Salah satu faktor yang menentukan pentingnya suatu
hama adalah potensi atau kemampuan merusak hama tersebut. Salah satu cara
merusak ialah dengan mengambil pakan baik dalam bentuk padat maupun cair
menggunakan alat mulutnya. Tanda dan gejala serangan ini sangat penting dalam
pekerjaan monitoring hama, karena tanda serangan tiap jenis hama khas atau
spesifik sehingga keadaan suatu hama pada suatu saat dapat diketahui dengan
pasti dan benar .
Pengendalian
hama dapat dilakukan dengan penyemprotan pestisida. Namun akibat dari pestisida
tersebut berdampak buruk terhadap lingkungan. Selain dengan pestisida ada cara
lain yaitu menggunakan musuh alami. Pengendalian dengan musuh alami lebih ramah
lingkungan. Musuh alami dapat membantu
manusia dalam menangani hama tanpa merusak lingkungan.Dengan
demikian pengenalan musuh alami terhadap hama penting dilakukan.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengenal
beberapa serangga yang berperan sebagai musuh alami.
2. Mengetahui
perbedaan predator dan parasitoid.
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas hvs, alat tulis, dan
cawan petri.
Adapun
bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah spesimen serangga.
2.2 Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Dicatat
penjelasan mengenai musuh alami, predator, parasitoid, dan patogen
2. Spesimen
diamati
3. Spesimen
yang telah diamati digambar pada kertas hvs
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Adapun
hasil pengamatan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Capung
|
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Famili : Ansoptera
Genus : Anax
Spesies : Anax juinus
Peran : Predator
|
Laba-Laba
|
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araida
Famili : Lycosidae
Genus : Lycora
Spesies : Lycora sp
Peran : Predator
|
Kepik Air Raksasa
|
Klasifikasi
Kingdom:
Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Hemiptera
Infraordo
: Nepomorpha
Famili
: Belostomatidae
Peran
: Parasitoid
|
Kumbang Predator Raksasa
|
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Coccinelidae
Genus : Verania
Spesies : Verania sp
Peran : Predator
|
Tricogramma
|
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phillum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hymenoptera
Subordo : Clistrogastra
Family : Trichogrammatidae
Genus : Trichogramma
Spesies : Trichogramma
Peran : Parasitoid
|
Catesia
flavipes
|
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Class :
Insecta
Order : Hymenoptera Family : Braconidae Genus : Cotesia Species : flavipes Common Name : Braconid wasp
Peran :
Parasitoid
|
Chilo
sacchariphagus
|
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phillum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Family : Crambidae
Genus : Chilo
Spesies : Chilo saccariphagus
Peran : Hama
|
Corcyra
cephalonica
|
Klasifikasi
Kingdom:
Animalia
Phillum:
Arthopoda
Kelas:
Insekta
Ordo:
Lepidoptera
Subordo:
Mikrolepidoptera
Family:
Pyralididae
Genus: Corcyra
Spesies: Corcyra cephalonica
Peran
: Hama
|
3.2 Pembahasan
Contoh
patogen yang menyebabkan patogen pada organisme pengganggu tumbuhan adalah Beauveria bassiana. Klasifikasi dari
patogen tersebut adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Nama
Filum : Acomycota
Kelas : Sardaryamycetes
Ordo : Hyprocreales
Famili : Maniliaceae
Genus : Beauveria
Spesies : Beauveria bassiana
Mangsa
atau inang utama dari Beauveria bassiana
adalah belalang dan tawon. Ciri-ciri spesimen yaitu berbentuk konidia,
menginfeksi serangga melalui kutikula (kulit), bagian mulut/ruas-ruas tubuh
serangga. Mengeluarkan racun beauverian. Terdapat alami di dalam tanah sebagai
jamur saprofit berupa putih, masuk ke tubuh inang dan menerang hingga mati.
Kelompok Predator
1. Capung
Ciri-ciri
specimen : memiliki 3 pasang tungkai, jarang berada/jauh dari air, memiliki 2
pasang sayap, memiliki antenna kecil. Tubuh tersusun atas caput, thoraks,
abdomen, memiliki mata yang besar. Mangsa/inang utama : walang sangit (Natawigena.
1990).
Capung
besar dan capung jarum terbang cepat sehingga dapat menangkap serangga lain
yang sedang terbang. Panjangnya bisa di antara 2 sampai 13,5 cm. Bahkan
beberapa jenis capung memakan mangsanya sambil terbang. Jenis lain hinggap
untuk makan. Capung dapat menangkap dan memakan kutu, nyamuk, dan kepik
(misalnya, Helopeltis) di udara. Capung besar mampu menangkap kupu-kupu kecil
sementara ia terbang di udara.
2.
Laba-Laba
Ciri-ciri
spesimen yaitu hewan berbuku-buku, punya 2 segmen yaitu chepalothoraks
dan abdomen, punya 4 pasang kaki, dan tidak bersayap. Mampu membuat jaring
dan merupakan hewan karnivora punya rahang bertaring (chelicera) dan punya alat bantu (mulut) yaitu pedipalpu. Mangsa/inang utama predator ini adalah Aphis sp, kutu
daun.
3. Kepik
Air Raksasa
Serangga ini termasuk dalam ordo Hemiptera dimana
anggota ordo ini mengalami metamorphosis tidak sempurna. Dalam fase telur,
kepik betina meletakkan telurnya dipunggung pejantan. Telur-telur tersebut
memerlukan oksigen untuk hmenetas, biasanya akan segera menetas dalam waktu 3
minggu. Anakan yang baru menetas bentuknya mirip kepik dewasa tapi warnanya
pucat, dalam fase ini disebut fase nimfa. Setelah berganti kulit berkali-kali,
anakan tersebut akhirnya menjadi kepik dewasa(imago). Kepik ini
memakan serangga-serangga air yang berukuran kecil seperti kecebong atau
kelompok ikan-ikan berukuran kecil (Endah, 2002).
4. Kumbang Predator
Raksasa
Belostomatidae adalah
keluarga serangga yang lebih dikenal sebagai “kumbang raksasa” atau
“toe-biters.” Sebagian besar spesies dalam keluarga Belostomatidae relatif
besar dan hampir mencapai dimensi dari beberapa kumbang besar di dunia. Semua
dari mereka adalah predator ganas, menangkap dan memakan ikan dan katak. Mereka
sering bersembunyi dan bergerak di bagian bawah air, melekat pada berbagai
objek, di mana mereka menunggu mangsa mendekat. Gigitan mereka dianggap salah
satu yang paling menyakitkan yang bisa ditimbulkan oleh serangga apapun. Air
liurnya bisa mencairkan jaringan otot. Dalam kasus yang jarang terjadi, gigitan
mereka bisa melakukan kerusakan permanen pada manusia.
Kelompok Parasitoid
1.
Trichogramma
sp
Larva Trichogramma terdiri
dari tiga instar. Setelah mencapai instar 3 (3-4 hari setelah telur
terparasit), telur penggerek batang berubah warnanya menjadi gelap atau hitam.
Larva kemudian berkembang menjadi pupa. Setelah 4-5 hari, pupa berubah menjadi
imago, dan keluar dari telur inang dengan membuat lubang bulat pada kulit
telur. Daur hidup sejak telur diletakkan hingga imago muncul sekitar 8 hari
(Burhanudin, 2004). Setiap betina biasa menghasilkan telur sebanyak 50 butir.
Perkembangbiakan dengan perkawinan atau parthenogenesis (Pracaya, 2007).
Parasitoid betina yang kawin menghasilkan keturunan betina dan jantan,
sedangkan yang tidak kawin akan menghasilkan jantan saja (Burhanudin, 2004).
Pada
saat pemarasitan, parasitoid Trichogramma japonicum betina akan
menguji telur dengan memukulnya menggunakan antenna, menggerek masuk ke dalam
telur inang dengan ovipositornya dan meletakkan satu atau lebih telur
tergantung ukuran telur inang. Pada saat Trichogramma
japonicum betina menemukan inangnya, biasanya akan tinggal dekat atau
menetap pada inangnya untuk periode yang panjang selama terjadinya pemarasitan
(Hassan, 1994).
Populasi
parasitoid dipengaruhi oleh keberadaan inang dan kondisi lingkungan. Populasi
inang yang rendah menyebabkan parasitoid tidak berkembang, parasitoid dewasa
aktif pada siang hari dan terbang menuju ke arah sumber cahaya. Tingkat
pemarasitan di lapangan berkisar antara 40% (Darmadi, 2008).
2.
Catesia
flavipes
Parasitoid Cotesia flavipes kompleks
adalah musuh alami hama penggerek batang lepidopteran yang menyerang tebu dan
tanaman – tanaman sereal (Walker 1994).
Kelompok Hama
1.
Corcyra cephalonica
Hama ini bertelur
sebanyak 400 butir . Warna telur putih dan bertekstur halus. Bentuknya lonjong
dengan panjang sekitar 0,3 x 0,5 mm, menempel pada bahan pangan atau serat
karung di penyimpanan. setelah 10 hari, telur akan menetas dan menjadi larva.
Larva berwarna krem sampai putih kecuali bagian kapsul kepala dan protoraks
berwarna coklat. Panjang tubuh lebih kurang 17 mm. biasanya larva membuat
pintalan yang mengandung kotoran dan sisa-sisa makanan. Warna pintalan tersebut
sesuai dengan objek yang diserangnya, apabila yang diserangnya beras putih,
warna pintalannya juga putih. Selanjutnya, ulat tersebut menjadi kepompong
setelah 9 hari. Kepompongnya berwarna kuning coklat, panjangnya sekitar 8 mm.
kepompong terletak dalam kokon yang warnanya putih. Kepompong kemudian akan
menjadi ngengat setelah 7 hari (Hendriastuti, 2012).
2.
Chilo sacchariphagus
Larva muda
yang baru menetas
hidup dan menggerek
jaringan dalam
pupus daun yang masih menggulung, sehingga apabila gulungan daun ini nantinya membuka maka akan terlihat luka-luka berupa lobang grekan yang tidak teratur
pada permukaan
daun. Setelah
beberapa hari
hidup dalam
pupus daun, larva
kemudian akan
keluar dan menuju ke
bawah serta
menggerek
pelepah daun
hingga menembus masuk ke dalam ruas batang. Selanjutnya larva hidup dalam
ruas-ruas batang tebu. Di sebelah luar ruas-ruas muda yang digerek akan didapati
tepung gerek. Daun tanaman yang terserang terdapat bercak-bercak putih bekas gerekan yang tidak teratur. Bercak putih ini menembus kulit luar daun. Gejala serangan pada batang tebu ditandai adanya lobang gerek pada permukaan batang.
Apabila ruas-ruas batang tersebut dibelah membujur maka akan terlihat lorong- lorong gerek yang
memanjang. Gerekan ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering. Biasanya dalam satu batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek (Sampurno,
2012).
IV. KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
No comments:
Post a Comment